Wednesday, August 27, 2008

pendidikan ekstrakurikuler




Optimalisasi Potensi Skill Siswa


Pada era sekarang ini atau zaman globalisasi dunia pendidikan di tuntut untuk mengembangkan kompetensi atau basic skill. Orientasi pendidikan tidak hanya pemebelajaran formal dengan berbagai macam mata pelajaran, akan tetapi terkait dan terikat dengan tuntutan zaman. Dengan bekal skill anak didik akan paham dunianya sebab sekolah terkadang hanya menuntut orientasi kelulusan dan lupa akan potensi, skill, dan bakat anak.


Di akui atau tidak sekolah adalah tempat mencetak manusia-manusia unggul, namun tidak dipungkiri pula bahwa sekolah terkadang melakukan dehumanisasi dalam artian potensi anak didik tidak dikembangkan. Memang benar sekolah adalah kewajiban, namun kesusksesan belajar tidak hanya lewat jalur sekolah. Lihat saja seorang ilmuwan Issac Newton menemukan berbagai macam penelitian tanpa harus sekolah, William Bill Gates orang terkaya di dunia selama 13 tahun saja keluar dari sekolah yang kemudian mendirikan microshoft bersama temannya dan melakukan eksperimen hasilnyapun dapat kita nikmati sekarang ini.


Menyadari tantangan yang dihadapi dan kompleksitas permasalahan global, dimana technologiy competation yang ujungnya pada industrialistik materalistik, sekolah atau dunia pendidikan harus melakukan orintasi baru melalui pembelajaran kompetensi untuk peserta didik.


Tidak heran jika pendidikan sekarang mengarah pada pengembangan kurikulum berbasisi kompetensi. Selain sebagai bekal potensi dapat pula sekolah sebagai sarana penegembangan sekolah berbasis keilmuan yang mengajarkan berbagai mata pelajaran.


Maka dalam menyosong era industri dan teknologi ini sekolah atau madrasah diharuskan melakukan orientasi baru dibidang pembelajaran salah satu caranya yaitu dengan mengoptimalkan kegiatan ekstrakurikuler.


Ekstrakurikuler Sekolah

Ekstrakurikuler merupakan bentuk pembelajaran di luar jam sekolah. Kegiatan ini dilakukan pihak sekolah untuk membekali anak didiknya dengan berbagai pertimbangan di antaranya untuk mengoptimalkan potensi, melatih kedisiplinan dan menciptakan kreasi dan kreatifitas anak didik. Kegiatan ekstrakurikuler ada yang secara sepihak diwaibkan dan ada yang tidak diwajibakan ini terkait dengan kemauan dan bakat siswa.


Jadi melaui program ekstrakurikuler ini siswa diharapkan mendapatkan skill individu untuk dapat dipraktekan dan dikemabangkan. Semisal siswa memiliki potensi pada dunia masak atau makanan maka ekstra tata boga harus mengajarkan sesuai dengan keinginan. Dari sini siswa akan bisa berlatih dan bahkan mendapatkan keuntungan ekonomi melalui program pemberdayaan market.


Sungguh sangat berarti sekali jika dunia sekolah dapat menyentuh sisi-sisi keinginan anak didik. Jika ekstrakurikuler sekolah dapat berjalan dengan baik maka akan mendidik untuk disiplin dan nilai kepuasan pada diri siswa. Bahkan kepuasan orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya dan pandangan masyarakat bahwa sekolah tidak hanya orientasi ijasah. Sebab melalui ekstrakurikuler ini anak didik memiliki bekal individu untuk bisa di kembangkan di kemudin hari.


Jika anak didik memiliki potensi tentu saja akan mendidik mental mereka untuk bisa mandiri. Dengan rasa kemandirian ini siswa akan memiliki mental-mental kuat dan tidak bergantung untuk menjadi pegawai atau bahkan sampai hanya menjadi buruh.


Inilah pola pembelajaran yang menyenangkan karena potensi skill mereka dapat diasah di sekolah tanpa harus mengeluarkan uang banyak untuk mengkuti kursus di luar program sekolah.


Dengan demikian kesimpulan pembelajaran ekstrkurikuler sekolah ini, bahwa sekolah atau madrasah yang tidak pada program kejuaruan dapat megembangkannya pada program ekstarakurikuler.


Inilah sekolah yang sangat menghargai potensi dan kreasi manusia. Termasuk potensi yang di bawa sejak lahir serta kreasi untuk mengembangkan, menghasilkan, menciptakan inovasi baru dalam berkreatifitas dan kemandirian.

Thursday, August 14, 2008

MENANYAKAN NASIONALISME



MENANYAKAN NASIONALISME


Setiap tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia memperingati hari kemerdekaan dan pada hari ini bangsa Indonesia genap berusia 63 tahun. Di jelaskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 45 bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Kekuatan ibadah kepada Allah inilah yang mendorong pendiri republik ini dan seluruh rakyat menyatakan kemerdekaannya dari penjajahan. Segala karunia ini tidak terlepas dari perjuangan dan sikap nasionalisme yang rela mengorbankan nyawa, harta dan keluarga.
Kemerdekaan yaitu not subject to control by other (tidak bergantung kepada kontrol orang lain), dalam artian self governing (memerintah sendiri). Pengertian ini sesuai dengan teks proklamasi kemerdekaan yang berbunyi "bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan tempo sesingkatnya.
Proklamasi kemerdekaan merupakan sikap pernyataan untuk mewujudkan tujuan bangsa Indonesia yang berdaulat, adil dan makmur. Akan tetapi di usia yang sudah lebih dari setengah abad rakyat Indonesia apakah sudah dapat menikmati kemakmuran dan keadilan.
Nasionalisme rakyat Indonesia
Di era reformasi ini ruang publik sangat begitu terbuka untuk rakyat. Era kebebasan sudah mulai masuk ke Indonesia. Tuntutan perbaikan sistem pemerintahan yang berlandaskan good governance dan clean governance sangat dinanti oleh seluruh masyarakat Indonesia. Namun itu semua manjadi harapan yang cukup panjang jika atas nama kebebasan dan kemerdekaan berbicara serta berpendapat tidak lagi menghargai kemerdekaan orang lain. Perilaku memecah belah persatuan dan kesatuan masih saja terjadi di negeri yang ini. Begitu juga keadilan dan kemakmuran belum dapat di rasakan semenjak kenaikan harga BBM, kondisi ekonomi bangsa Indonesia masih dalam kesulitan.
Sungguh sangat ironis sekali bangsa Indonesia yang sudah terbebas dari belengu penjajahan, kini masih saja dijajah dengan gaya baru atas ketergantungannya terhadap lembaga-lembaga Bretton Wood seperti Bank Dunia (world bank), World Trade Organization (WTO) dan IMF. Dunia telah dikuasai struktur kapital yang mendorong secara radikal tatanan pemerintahan negara dari aspek budaya, ekonomi dan politik serta perilaku manusia yang semakin menjauh dari nilai-nilai budaya bangsa.
Nasionalisme merupakan faktor penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebab secara teoritis merupakan unsur pertama dalam menyangga keberlangsungan kehidupan berbangsa. Akan tetapi nasionalisme yang bagaimana jika masih banyak permasalah belum juga terselesaikan semisal korupsi yang sudah membudaya, pendidikan semakin mahal dan perebutan kekuasaan.oleh para elit politik.
Nasionalisme menjadi sebuah akhir episode karena rakyat semakin tidak percaya pada pemerintahan yang hanya menawarkan janji-janji keadilan dan kemakmuran. Sikap nasionalisme akan luntur dan rakyat tidak akan lagi mempercayai sikap elit politik pemerintahan yang mengatasnamakan kemakmuran rakyat malahan menjajah rakyatnya sendiri.
Maka patutkah di hari kemerdekaan ini hanya mengibarkan bendera dan melakukan ritual tahunan upacara bendera. Tentu saja tidak, marilah bersama-sama seluruh rakyat Indonesia mengintropeksi diri atas semua permasalahan yang menimpa bangsa Indonesia tercinta.

Pendidikan Nilai Ekologi Untuk Anak Didik



Pendidikan Nilai Ekologi Untuk Anak Didik

Sistem pendidikan Indonesia lebih banyak dibangun atas dekrit-kebijakan ideologi penguasa, bukan lahir dari kesadaran masyarakat dan ahli pendidikan. Jadi Pendidikan sekarang telah mengalami penyakit yang begitu serius dan perlu penanganan yang sistematis, karena pendidikan sebagai proses pembelajaran dan bukan kenikmatan yang hanya di nikmati oleh penguasa dan lapisan sosial tertentu.
Penanaman nilai-nilai kepada anak didik sangat di perlukan sebagai upaya membangun kesadaran untuk mengetahui siapa dirinya dan lingkungan hidupnya. Pendidikan nilai merupakan pendidikan yang menekankan keseluruhan aspek sebagai pengajaran dan bimbingan kepada peserta didik agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Sebab pendidikan nilai sangat di perlukan untuk kemajuan di dunia pendidikan, karena sekarang pendidikan hanya di fokuskan sebatas moral kognitif bukan moral learning.
Maka jiwa pendidikan perlu di kembalikan yaitu sebagai pembelajaran yang menanamkan nilai-nilai, termasuk penanaman nilai lingkungan kepada anak didik. Pendidikan lingkungan sebagai jalan untuk memberikan pengenalan dan kesadaran terhadap lingkungan. Aspek etika, moral tidak semata-mata diberikan hanya untuk berinteraksi antar sesama, akan tetapi juga penanaman nilai terhadap lingkungan hidupnya.
Pendidikan Nilai Lingkungan
Problem pencemaran lingkungan banyak mendapat sorotan, karena telah menimpa penghuni dunia masa kini dan generasi yang akan datang. Kalau ditelusuri, faktor utama terjadinya perusakan lingkungan akibat penggunaan secara besar-besaran produk-produk teknologi modern. Aktivitas manusia di bidang industri yang membakar produk hutan ini telah menghasilkan semburan miliaran ton partikel, gas karbondioksida serta klorofluorokarbon. Emisi karbon ini ditimbulkan dari pembakaran bahan bakar fosil yang tak dapat diperbaruhi, seperti batu bara, gas, dan minyak bumi. Kerusakan hutan khususnya di Indonesia sebagai paru-paru dunia memiliki andil cukup besar sebagai pemicu perubahan iklim dan pemanasan global akibat dari menipisnya lapisan ozon.
Kondisi lingkungan dengan dirusaknya hutan, pembakaran, illegal logging, lahan petanian di sulap menjadi area industri dan perumahan. Telah membawa dampak negatif seperti kekeringan. Indonesia merupakan salah satu Negara yang sangat merasakan dampak kerusakan sistem cuaca. Kerusakan sistem cuaca tersebut telah menimbulkan anomaly iklim berupa kenaikan suhu 1-1,5 derajat celcius di Afrika, sehingga masa udara kering yang berhembus dari Australia bergerak ke hutan Afrika. Fenomena ini mengakibatkan kekeringan di kawasan ekuator, termasuk di dalamnya Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagian Sumatra.
Perubahan iklim akan mempersulit Negara berkembang sepeti Indonesia untuk mencapai sasaran pembangunan berkelanjutan dan tujuan pembangunan milenium atau millennium development goals / MDG’s. Perubahan iklim akan mengancam ketersediaan sumber daya alam, menambah parah persoalan yang dihadapi, menciptakan persoalan baru, dan membawa upaya pencarian solusi makin sulit dan mahal.
Sudah jelas diketahui bahwa kerusakan alam dan lingkungan hidup yang dasyat bukan di sebabkan oleh penuaan alam itu sendiri tetapi justru diakibatkan oleh tangan-tangan yang selalu berdalih memanfaatkannya, yang sesungguhnya sering kali mengeksploitasi tanpa mempedulikan kerusakan lingkungan. Krisis lingkungan hidup dan kemanusiaan harus menjadi pusat perhatian bagi pemerintah, masyarakat, ahli pendidikan dan setiap komunitas keagamaan baik LSM maupun organisasi keagamaan.
Fenomena tersebut membuktikan bahwa perlu adanya rekonstruksi baru di bidang pendidikan untuk menghadapi tantangan zaman global. Di era postmodern segala sistem dari berbagai ideologi perlu adanya konstruksi baru pada arah epistemologi pada kususnya di bidang pendidikan. Format pendidikan yang sesuai kondisi di atas, perlu menyajkan salah satu strategi dengan mengimplementasikan pendidikan nilai ekologi yang berbasis agama sebagai sumber penanaman jiwa anak didik untuk bisa mengenali arti kehidupan sebenarnya.
Karena pendidikan merupakan jenjang awal sesorang mengenal dirinya, dengan mengetahui siapa dirinya ia akan memahami tujuan hidupnya, sebab pendidikan merupakan upaya mengintegrasikan fungsi di dunia. Pendidikan nilai lingkungan merupakan proses belajar mengajar yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku dan sikap untuk menghargai lingkungan hidup dari mikrokosmos hingga makrokosmos. Maka hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa mata pelajaran, melainkan menanamkan sikap dan nilai siswa yang sedang belajar untuk mengenali siapa dirinya serta di mana ia tinggal. Di harapakan dengan penanaman pendidikan nilai lingkungan hidup siswa mampu memperaktekan, melestarikan dan memanfaatkan lingkungan sesuai kebutuhan. Siswa mampu mengetahui peran dan tanggung jawabnya yaitu hubungan tiga dimensi antara Tuhan, alam dan manusia. Ketiga hubungan itu yaitu pertama, hubungan teosentris atau hubungan dengan Tuhannya yang berarti bahwa setiap manusia adalah mahluk yang tercipta untuk beribadah dan menghambakan dirinya. Kedua, hubungan antroposentris yaitu hubungan dengan manusia yang memiliki arti setiap kehidupan manusia tidak terlepas dengan peran dan kedudukan manusia lainya melalui interaksi sosial, komunikasi dan sosialisasi. Ketiga, hubungan ekosentris yaitu hubungan dengan lingkungan yang berarti bahwa manusia memiliki peran dan fungsi untuk menjaga dan merawat alam lingkungan hidupnya.