Wednesday, May 20, 2009

Membangun Rumah Pintar Buta Aksara "KKN Tamang Gede Gemuh Kendal"

Suara Merdeka - 7 Juni 2009


Tulisan ini di muat di Suara Merdeka, Minggu tanggal 7 Juni 2009
JIKA MEMBINCANG propinsi terpadat penduduknya tentu semua akan menjawab pulau jawa. Ternyata dibalik itu semua ada fenomena yang sangat ironi sekali yakni banyaknya penduduk yang menyandang buta aksara. Menurut sumber pulau Jawa menyumbang angka penduduk yang mengalami buta aksara dengan peringkat teratas. Di peringkat pertama adalah Jawa Timur dengan 10,47 persen, sementara Jawa Tengah di tempat kedua dengan 9,42 persen.

Buta aksara merupakan nama populer dari mereka yang tidak bisa membaca, menulis dan berhitung. Sekalipun mereka bisa menjalani kehidupan ini dengan layaknya orang lain. Namun sangat tidak logis, sebab mereka cenderung mengalami kekurangan, keterbelakangan, dan bahkan merendahkan derajat bagi kaum penyandang buta aksara.

Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pemberantasan Buta Aksara (PBA) pada tahun 2009 ini merupakan tingkat lanjutan dengan diterjunkan untuk melanjutkan program sebelumnya yaitu Sukma 1 dan Sukma 2 yang berada di Kabupaten Kendal. Bahkan pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan telah memberikan program Keaksaraan Fungsional (KF) setelah dari Tim KKN tematik PBA.

Pada KKN Tematik PBA kali ini sebagai program lanjutan tentu memiliki tujuan khusus yaitu memberikan layanan pendidikan bagi masyarakat yang masih rendah kemampuan keaksaraan, meningkatkan kemampuan membaca, menulis, berhitung, dan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dan mengembangkan kemampuan berfikir praktis, analitis dan rasional sehingga dapat memanfaatkan potensi diri dan sumber-sumber kehidupan yang ada di lingkungannya.

Sehingga diharapkan pada tahun 2009 penduduk yang mengalami buta aksara dapat dituntaskan secara penuh. Namun lain lagi dilapangan, semenjak terjun hampir tiga minggu ternyata mereka masih kesulitan dalam belajar baca, tulis dan hitung. Walaupun sudah ada beberapa yang sanggup tertuntaskan. Padahal mereka sudah diberikan program sampai tiga kali namun tetap masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran.

Saat ini jumlah warga yang menyandang buta huruf di Kendal sebanyak 8.700 orang, yang sebelumnya tahun 2008 sebanyak 13.900 (sumber pendataan team KKN). Sebagian besar dari mereka bermukim pada sejumlah desa di pesisir pantai utara, seperti Kecamatan Rowosari, Kangkung, Kendal Kota, Weleri, Cepiring, Gemuh dan Kaliwungu. Serta pada wilayah pegunungan seperti Boja, Patean, Pageruyung dan Sukorejo.
 

Dari sisi sosiologis kaum penyandang buta aksara akan mengalami keterkucilan diri pada ranah sosial (split personality). Sebenarnya secara filosofis penyandang buta aksara memiliki kemampuan dan potensi yang sama dengan mereka yang tidak menyandang buta aksara. Hal ini dilandasai dengan banyaknya masyarakat kendal yang bekerja diluar negeri atau menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dan mereka lebih suka dengan berwirausaha sendiri.
 

Oleh karena itu Program KKN Tematik PBA tingkat lanjut dapat memberikan yang terbaik dalam penuntasan buta aksara dan program keterampilan untuk peningkatan nilai ekonomi. Bukan sekedar program yang kemudian selesai sudah pokok permasalahan.
 

Untuk mensukseskan pemberantasan buta aksara di Kendal dan kota-kota lainnya diperlukan sebuah alternatif dan dukungan dari semua pihak. Pemberantasan buta aksara juga merupakan tujuan dari program Millenium Development Goals (MDG’s), disini peran pemerintah sangat vital. Maka diperlukan sarana dan prasarana sebagai bekal untuk penunjang bagi kaum buta aksara, hal ini sebagai salah satu memperbaiki mutu pendidikan.
 

Rumah Pintar
Keadaan dan kondisi banyaknya penyandang buta aksara, memang perlu kerja keras dalam pemberantasannya. Tapi upaya rekonstruksi tetap harus berjalan sebagai target tahun 2009 kaum buta aksara dapat dituntaskan. Menurut Frijof Capra masyarakat sekarang ini telah mengalami ”penyakit-penyakit peradaban” hal ini dapat dilihat dari maraknya perceraian, stress, depresi dan kejahatan. Kesemua hal tersebut berawal dari keterbelakangan dan ketidakmampuan menjalani kehidupan ini dengan nilai-nilai pendidikan.
 

Maka diperlukan alternatif baru yaitu dengan prosesi kerja sama antara masyarakat, pemerintah dan mahasiswa untuk bisa memberikan yang terbaik. Salah satunya dengan memberikan rumah pintar di setiap desa.
 

Melalui rumah pintar mereka akan termotivasi untuk selalu datang dan memeberikan ruang gerak supaya terjalain komunikasi disatu tempat yaitu rumah pintar. Bahkan anak-anakpun akan tertarik dengan fasilitas di rumah pintar seperti buku, alat bermain dan media pembelajaran. Tentu tidak hanya buku-buku (perpustakaan) yang tersedia, akan tetapi memberikan pegawai ditempat rumah pintar untuk menjadi tutor. Maka peran pemerintah disini sangat diharapkan sekali dalam menyukseskan rumah pintar untuk penyandang buta aksara. Jadi tidak hanya penerjunan para guru (tutor) untuk memberikan pembelajaran dan keterampilan.
 

Dengan hadirnya rumah pintar aneka kegiatan dapat berlangsung sebagai mana mestinya seperti ruang belajar, sumber bacaan, dan pembelajaran keterampilan. Melalui rumah pintar semua kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan, yang merupakan ruang terbuka untuk siapa saja yang ingin belajar. Masyarakat bisa secara langsung memantau, menyaksikan dan memberikan pelayanan sesuai dengan kemampuan di rumah pintar.
 

Selain memberikan rumah pintar bagi penyandang buta aksara, pemerintah dan masyarakat juga perlu memikirkan ruang baru bagi masyarakat yang bisa dijadikan pusat pembelajaran. Sehingga kegiatan belajar mengajar di rumah pintar dapat berfungsi optimal. Melalui rumah pintar diharapkan masyarakat menyadari akan pentingnya pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
 

Warga masyarakat baik di Kendal maupun masyarakat di kota lainnya sangat merindukan hadirnya rumah pintar sebagai ruang publik upaya untuk penuntasan buta aksara selain sebagai kegiatan pembelajaran keterampilan.
 

Jadi sangat ironi pemberantasan buta aksara dengan hanya menerjunkan KKN Tematik PBA maupun para tutor Keaksaraan Fungsional (KF), setelah diberikan pembelajaran mereka akan lupa. Tak pelak rumah pintar sangat dirindukan bagi penyandang buta aksara setelah mereka di tingal para tutornya.

Tragisnya, dunia yang serba dipenuhi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masih menyajikan PR yang "wajib" disantap kaum pendidik dan pemerintah akibat banyaknya penyandang buta aksara. Maka dari itu rumah pintar menjadi kebutuhan yang sangat mendesak.

Monday, May 11, 2009

MY FAMILLY

MY FAMILLY

KEBERSAMAAN YANG PENUH DENGAN KEBAHAGIAAN
TIADA YANG PALING INDAH SELAIN KELUARGA

DAN ITU SEMUA MEMBUTUHKAN KETULUSAN DAN CINTA YANG DALAM.
MUGKINKAH SEMUA AKAN BERAKHIR.
TENTU TIDAK

AKU TKI KAMU PETANI


Sudah hampir satu bulan aku menjalani KKN Tematik PBA IAIN Walisongo Semarang. Namun yang aku temui di desa Tamangede kecamatan Gemuh jauh dari perkiraan, tidak kusangka tempat yang aku diami tidak terlalu desa walaupun masih disebut desa. Sebab banyak lalu lalang kendaraan dan kegiatan ekonomi di depan posko 9 (sembilan) yang aku tempati.
Tapi disini aku ingin sedikit bercerita tentang judul diatas. Aku TKI atau Tenaga Kerja Indonesia merupakan sebuah fenomena di desa ini. Sebab ternyata desa yang aku tempati dan beberapa sering aku keliling disekitar penduduk kecamatan Gemuh banyak penduduk pribumi yang bekerja diluar negeri. Ya…mereka menjadi buruh di negeri orang, namun mereka sangat bangga sebab bekerja diluar negeri penghasilannya lebih menjanjikan ketimbang di desa.
Kebanyakan orang yang menjadi TKI yaitu mereka pemudi yang menginjak umur dewasa. Aku melihatnya sendiri sekitar 50 meter dari posko ada kantor jasa TKI bahkan tempat mess yang ditempati para calon tenaga kerja. Kantor tersebut melayani dari berbagai Negara tujuan dari Singapura, Malaysia, Hongkong, Korea, Jepang hingga kawasan Timur Tengah.
Ternyata sekarang mereka telah menjadi bagian dari arus globalisasi. Mereka tidak ingin lagi terjun kesawah dengan hanya membawa cangkul dan sabit. Tapi sekarang mereka telah memegang alat-alat produk teknologi.
Sungguh memilukan mereka sudah terjajah dan bahkan tidak betah hidup di negaranya sendiri. Apakah mereka tidak merindukan keluarga yang ada di kampung ?. Bagaimana rasanya ditingal orang yang dicintai ?.
Tapi aku tetap bangga padamu dan kepadamu petani. Ya...sungguh asyik ternyata sawah yang ditinggal kini telah dimanfaatkan oleh penduduk lain. Walaupun sebenarnya mereka bukan asli penduduk setempat, mereka para pengelola sawah berasal dari Brebes untuk menanam bawang merah disawah.
Kini kawasanmu telah dikuasai oleh masyarakat lain, tapi kau rela melepasnya dengan rasa keikhlasan. Melalui perjanjian penyewaan semuanya menjadi damai. Inilah simbiosis mutualisme yaitu saling menguntungkan dari berbagai pihak.
Tamangede, 09/05/2009

Anda ingin belajar menulis atau jurnalistik.
Download e-Book Jurnalistik disini yang di peroleh dari Al fikr
Ingatt setelah mengambil segeralah belajar dan semua adalah proses.
selamat mencoba.

Klik
download

Friday, May 8, 2009

KKN Tematik PBA dan Ibu PKK Pelatihan Hidroponik



Di desa Tamangede Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal

KENDAL
- Tepat hari Rabu tanggal 6 Mei pukul 16.00 WIB di desa Tamangede mengadakan pelatihan hidroponik. Acara ini terselengara atas kerjasama Tim KKN Tematik PBA IAIN Walisongo Semarang dengan ibu-ibu PKK. Sekitar enam puluh warga masyarakat Tamangede memadati kursi yang telah disediakan di balai desa. Acara PKK ini merupakan hal rutinitas yang mereka lakukan setiap bulannya. Namun pada pertemuan PKK bulan ini mereka sedikit disuguhi dengan pelatihan hidropnoik dengan menghadirkan Nur Khasanah, S.Pd, M.Kes Dosen Tadris Biologi IAIN Walisongo Semarang. Tidak hanya dihadiri oleh warga setempat namun ikut hadir pula Kepala Desa Tamangede Ibu Nur Sikoh, S.Ag, M.Pd beserta staf-stafnya.


Hidroponik merupakan penanaman tanaman atau tumbuhan dengan media selain tanah. Dengan media hidroponik, seseorang yang tidak memiliki lahan yang cukup untuk menanam tumbuhan bisa menanam dengan sistem ini. Jadi pada dasarnya hidroponik merupakan sebuah alternatif penanaman, karena medianya bisa berasal dari air, krikil, batu, pupuk dan ziloit.

Manfaat hidroponik sendiri berbagai macam selain untuk mengurangi beban karena tidak memiliki perkarangan. Sistem hidroponik dapat juga sebagai penghias ruang kamar, ruang tamu dan teras rumah. Bahkan bagi mereka yang memiliki bakat bertani atau bercocok tanam juga dapat memanfaatkan untuk menambah penghasilan.

Menurut Nur Khasanah, hidroponik merupakan alternatif karena keterbatasan lahan dan juga dapat menghasilkan uang. Bahkan tanaman yang sebenarnya tidak laku dijual ketika sanggup mengelolonya dengan baik akan menjadi tanaman yang berharga.

Sebagai seorang ibu rumah tangga dituntut untuk lebih kreatif, walaupun hidup di desa tidak ada salahnya mengembangkan hidroponik. Di kota hal tersebut menjadi suatu yang berharga, maka sebagai warga masyarakat yang baik harus mampu mengikuti perkembangan bercocok tanam, kata Nur Sikoh kepala desa Tamangede.

Sebagai seorang mahasiswa yang terjun dimasyarakat, tidak hanya bertumpu pada kegiatan yang telah di programkan oleh pemerintah. Walaupun sebenarnya KKN Tematik ini bertujuan untuk penuntasan buta aksara. Departeman pendidikan dan kebudayaan menargetkan Jawa Tengah pada tahun 2009 harus sudah terbebas dari buta aksara.
Selain program yang telah ditargetkan, tim KKN mengadakan pelatihan hidroponik ini untuk membekali para ibu rumah tangga untuk bisa menghargai tanaman dan mampu mengembangkannya menjadi hal yang bernilai.

Sebenarnya masih ada program keterampilan yang diadakan oleh tim KKN. Namun pelatihan hidroponik kali ini sebagai tambahan pembekalan keterampilan untuk masyarakat Tamangede. Walaupun masih banyak kekurangan dan hambatan dalam acara pelatihan hidroponik kali ini.

Tamangede, 7 Mei 2009
Lukni Maulana

Saturday, May 2, 2009

Pemuda Buta Aksara


Ada seorang pemuda yang menyandang buta aksara, ia tidak bisa membaca, menulis dan bahkan berhitung. Kebetulan ada lowongan menjadi pekerjaan menjadi penjaga gudang di pabrik rokok, ia memberanikan diri untuk melamar pekerjaan tersebut. Sesampainya disana terlihat banyak orang yang juga ikut melamar pekerjaan.
Setelah diseleksi oleh pihak administrasi pemuda tersebut masuk sepuluh besar dari beribu orang pelamar. Selanjutnya ia dites wawancara dan bahkan disuruh mengerjakan soal. Pemuda tersebut akhirnya tidak lolos seleksi pekerjaan tersebut..
”bapak, kok bisa sukses sekarang ini’
”ini semua berkat kerja keras. Aku bekerja serabutan, uang sedikit demi sedikit aku tabung. Alhamdulillah kerja kerasku selama ini dapat mendirikan pabrik yang jauh lebih besar. Dibanding ketika aku mau menjadi tenaga penjaga gudang, bahkan penghasilan pabrik ini lebih besar’
”seandainya bapak tidak buta aksara apa yang akan terjadi’
”tentu aku akan menjadi penjaga gudang”
Itulah sedikit cerita pengalaman seorang pemuda yang mengalami buta aksara. Namun disini kita tidak memetik pelajaran supaya kita menjadi manusia yang tidak bisa menulis, membaca dan berhitung. Namun semangatnya untuk belajar dan bekerja keras.
Ternyata pola pikirlah yang mempengaruhi kita dalam menjalani kehidupan ini. Setiap manusia diberikan kelebihan masing-masing, namun kelebihan tersebut belum tentu dapat dioptimalkan secara maksimal seperti yang dialami pemuda tersebut.
Walaupun memiliki kelemahan namun sangup untuk menutupi kekuranganya yaitu pertama, sikap positif, melalui hal tersebut kekurangan bukan berarti kelemahan. Kedua, belajar, semenjak ia mengalami buta aksara ternyata ia mau belajar dengan giat supaya menjalani hidup ini lebih berarti. Ketiga, semangat untuk kerja keras, semua yang yang kita dapatkan tentu dari hasil prosesnya. Ketika kita berjuang dengan maksimal tentu hasil yang didapatkannyapun akan maksimal.
Kelemahan bukan berarti kekurangan namun kelemahan adalah kelebihan
Tamangede Gemuh-Kendal (KKN Tematik PBA 2009)