Wednesday, September 17, 2014

Pasar Modern Etika Robotik

ISTRI KIAI Cungkring yang kebetulan seorang guru taman kanak-kanak menceritakan bahwa anak-anak didiknya baru saja melaksanakan field trip atau kunjungan. Super market menjadi tempat kunjugannya, ia mengatakan hal ini untuk mengajarkan anak memiliki keberanian dan melakukan transasi jual beli.

Kiai Cungkring hanya bisa sedikit tersenyum, di era modern sekarang ini kemunculan pasar modern seperti hypermarket, Super Market, Alfa Mart, Indomart dan mini market sejenisnya merupakan sebuah konskwensi zaman. Yang perlu menjadi penekanan adalah apakah akan mengancam kelangsungan hidup pasar tradisional. Tidak dapat dipungkiri, yang pastinya memberikan dampak terhadap geliat ekonomi di pasar-pasar tradisional.

Namun ini bukan hanya persolan ekonomi, bagaimana mengajarkan anak melalui pola interaksi dan komunikasi serta menghargai ekonomi kerakyatan jika sejak usia anak-anak saja mereka sudah dididik semacam itu.

Apa enaknya belanja di pasar modern, model transaksinya telah di komputerisasi, pembeli seperti robot, miskin transaksi, bahkan penjaga atau penjualnya barangkali penuh dengan senyum kepalsuan dan make up penuh penipuan. Apa lagi jika ditambah SPG (Sales Promotion Girls) tambah semakin semangat nih mata untuk memandangnya.

Aneh juga kan kita berusaha menjadi manusia yang dikonstruksi untuk menjadi ,manusia etika robotik. Kiai Cungkring jadi ingat masa kecilnya, waktu kecil dahulu sering mengantar ibunya ke pasar. Disitu ia melihat interaksi kemanusiaan, tidak ada kepalsuan dan kepura-puraan, senyum dan sapa yang akrab, canda, tawa dan tawar menawar yang penuh dengan sopan santun. Etika saling interaksi dan komunikasi menjadi wadah etika kemanusiaan yang termanifestasik
an di pasar tradisional.

“Yen pasar ilang kumandange...,” ucap kanjeng Sunan Kalijaga

Apa maksudnya? “Jika pasar sudah mulai sepi atau hening.” Jika para pedagang sudah kehilangan pola interasi, tawar menawar, kenal mengenal dan hubungan komunikasi dua arah. Seiring banyaknya pasar modern berbintang tujuh yang berdiri megah. Sesungguhnya pasar terdahulu mengajarkan sistem tawar menawar yakni sesuai dengan syariat (Ijab dan Qabul). Pola tawar menawar dikeramaian pasar tradisioanl itu seperti kerumunan suara Lebah yang mendengung.

“Seperti daun yang jatuh, ia terbawa angin namun ia tidak akan jauh dari pohonnya,” tutur Kiai Cungkring

Angin telah mengantarkan kita pada zaman modern, penuh dengan gegap gempita ekonomi etika robotik. Meski demikian kita masih memiliki keyakinan bahwantanggung jawablah yang membangun masa depan.
Previous Post
Next Post
Related Posts

0 comments: