Saturday, February 22, 2014

Kampus Candradimuka


“Kenapa kita yang dijajah Belanda begitu lamanya tidak bisa berbahasa Belanda,” kata Santri Cungkring

“Karena Belanda mendirikan lembaga pendidikan bertujuan untuk mengisi jabatan atas kekosongan yang ada dipemerintahan,” tutur Kiai Cilik

Lalu Kiai Cilik sambil menikmati minuman dingin dan bercerita sedikit tentang dunia pewayangan. Gatotkaca ksatria dari Pringgadani sebelum menjadi pemimpin, ia diwajibakan sekolah di kawah Candradimuka. Kampus Candradimuka merupakan tempat pendidikan untuk para calon pemimpin, bukan perusahaan untuk menghasilkan calon pemimpin. Jadi tidak perlu bayar uang gedung, baju seragam, alat tulis, tidak ada SPP dan bahkan Kampus Candradimuka tidak perlu mendapatkan BOP (Bantuan Operasional Pendidikan).

“Kampus Candradimuka tempat pendidikan untuk menghasilkan calon pemimpin. Bukan calon untuk mengisi jabatan kekosongan dipemerintahan atapun perusahaan,” tutur Kiai Cilik

“Sekolahku sekarang ini kembali ke zaman Belanda dong,” lanjut Santri Cungkring sedikit tertawa

Komunitas Cahaya – 21/02/2014

Tuesday, February 18, 2014

Pemimpin Hawa Nafsu

SIAPA pemimpin harapan untuk bangsa ini. Apakah yang memiliki ilmu yang pandai dan paham tentang tata kelola pemerintahan ataukah orang alim yang menguasai ilmu agama ataukan karena memiliki keturunan seorang pemimpin, tanya Santri Cungkring

Pemimpin itu adalah orang yang tanpa pamrih, ikhlas dan tidak memiliki hawa nafsu yang berlebihan. Yakni pemimpin yang mampu mengontrol dirinya dari hawa nafsu. Ia bukan berkehendak atas dirinya, tapi kehendak semua orang yang berharap ia menjadi pemimpin, jawab Kiai Cilik

“Orang yang berilmu bukan karena memiliki pemahaman keilmuan. Meskipun ia seorang yang alim dan berilmu tapi jika pikirannya sombong dan suka ingkat janji pastinya dia bukan orang alim. Apalagi yang memiliki darah keturunan, belum tentu ia berilmu tentang tata kelola pemerintahan dan juga alim,” lanjutnya

Komunitas Cahaya, 18/02/14

Saturday, February 1, 2014

Kamu Tahu Kenapa

Alam merenungi dirinya
Kamu tahu kenapa
Bencana jadi hidangan
Sungguh ia ditinggal pergi kekasih
Sendiri
Sepi

Ia menangis
Kamu tahu kenapa
Banjir jadi sajian
Sungguh ia meratapi kemunafikan

Ia terluka
Kamu tahu kenapa
Jabal itu keluarkan air mata
Sungguh ia kehilangan sahabat

Ia menderita
Kamu tahu kenapa
Lapisan bumi melekang
Sungguh apalah arti kasih sayang

Ini bukan nestapa
Dosa
Kamu tahu kenapa
Mungkinkah hanya takdir
Azab bagi yang membantinkan kebohongan

Simpan saja itu cinta
Alam akan memperbarui dirinya
Kamu tahu kenapa

Komunitas Cahya – 24/01/14