www.nu.or.id - 25 Juni 2012
Pembelajaran Berbasis Ecoeducation
SALAH satu problem mendasar yang dialami manusia di zaman modern ini
yaitu krisis ekologis atau permasalahan lingkungan. Sebab manusia modern
telah medeklarasikan alam. Alam telah dipandang sebagai sesuatu yang
harus digunakan dan dinikmati semaksimal mungkin. Dominasi terhadap
alamlah yang menyebabkan masalah bencana, kepadatan penduduk, kurangnya
ruang bernafas, kemacetan kehidupan kota, pengurasan jenis sumber alam,
hancurnya keindahan alam.
Arti dominasi atas alam dan konsepsi
materialistik tentang alam yang dianut manusia modern ini telah didukung
dengan nafsu dan ketamakan yang semakin banyak menuntut lingkungan.
Semua
ini dalam pandangan filosofis akibat dari cara pandang yang
dualistik-mekanistik dan materialistik. Cara pandang ini menyebabkan
terjadinya dikotomik atau diversitas (pembedaan) seperti; subyek-obyek,
manusia-alam, manusia-Tuhan, suci-sekuler, timur-barat. Cara pandang
dikotomik ini menyebabkan tidak harmonis antara manusia, Tuhan, dan alam
yang telah dihancurkan. Semua ini terkait dengan ketidakseimbangan yang
disebabkan oleh hancurnya harmoni antara Tuhan dan manusia.
Sekarang
ini Indonesia masih memiliki 10% hutan tropis yang masih tersisa.
Setiap tahunnya keadaan luas hutan terus menyusut dengan sangat cepatnya
dan sangat menghawatirkan kondisi spesies hutan maupun pesisir. Hutan
di Indonesia masih memiliki 11% jumlah spesies binatang menyusui atau
mamalia, 15,6% spesies binatang reptil dan ampibi, 1.517 spesies burung
dan 25% dari spesies ikan. Jumlah spesies tersebut bahkan terus
berkurang atau lenyap seiring dengan kondisi luas hutan yang terus
menyusut.
Aktivitas manusia melakukan penebangan hutan yang
terlalu cepat dan eksploitasi hutan untuk industri serta pengalihan
lahan hutan menjadi pemukiman dan pertanian. Dari aspek ini, hutan
menjadi gundul dan mengakibatkan semburan miliaran ton partikel, gas
karbondioksida serta klorofluorokarbon. Emisi karbon ini ditimbulkan
dari pembakaran bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaruhi, seperti
batu bara, gas, dan minyak bumi. Kerusakan hutan khususnya di Indonesia
sebagai paru-paru dunia memiliki andil besar sebagai pemicu perubahan
iklim dan pemanasan global akibat dari menipisnya lapisan ozon.
Kondisi
lingkungan dengan dirusaknya hutan, pembakaran, illegal logging, lahan
petanian di sulap menjadi area industri dan perumahan. Telah membawa
dampak negatif seperti kekeringan dan pada musim penghujan akan
menyebabkan bencana banjir serta tanah longsor. Indonesia merupakan
salah satu negara yang sangat merasakan dampak kerusakan sistem cuaca.
Perubahan iklim dan terjadinya bencana yang bertubi-tubi akan mengancam
ketersediaan sumber daya alam. Kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan
membawa akibat terhadap alam lingkungannya. Pencemaran udara, tanah,
dan air, yang terkadang membawa akibat seperti tidak suburnya lahan
pertanian, banjir dan tanah longsor.
Bukan penuan alam
Sudah
jelas diketahui bahwa kerusakan alam dan lingkungan hidup yang dasyat
bukan di sebabkan oleh penuaan alam itu sendiri tetapi justru
diakibatkan oleh tangan-tangan yang selalu berdalih memanfaatkannya,
yang sesungguhnya sering kali mengeksploitasi tanpa memperdulikan
kerusakan lingkungan.
Dalam hal ini sesuai dengan pandangan dunia
baru perlu rekonstruksi non dikotomik yang menempatkan kesadaran (mind)
dan materi (matter) serta tidak terjadi pembedaan antara subyek obyek,
manusia, alam dan Tuhan. Maka diperlukan langkah-langkah partisipatif
untuk mencegah problem kondisi lingkungan dan sumber daya alam.
Dengan
demikian pembelajaran ekoeducation sangat di butuhkan, walaupun
kenyataanya ecoeducation merupakan pendidikan berwawasan lingkungan yang
terintegrasikan dengan semangat pentingnya pendidikan nilai berbasis
agama. Hal ini sebagai upaya mewujudkan tujuan pembagunan millenium
(MGD) yang merupakan salah satu dari tujuan tersebut yaitu memastikan
keberlanjutan lingkungan hidup. Dengan mensosialisasikan kepada
masyarakat sadar dan peduli lingkungan serta pelarangan penambangan,
penebangan dan pembangunan pemukiman kawasan lindung. Melakukan
pemberantasan illegal logging dan juga melakukan rehabilitasi hutan.
Serta pemerintah harus mulai serius untuk tidak mengeluarkan izin yang
terkait dengan pengelolaan hutan terhadap pihak asing.
Ecoeducation
merupakan pebelajaran yang berorientasi kepada revitalisasi pendidikan
yang selama ini gagal menanamkan nilai-nilai lingkungan. Maka melalui
ecoeducation diharapkan terjadi penyadaran lingkungan dan semangat
konservasi alam dan lingkungan. Hal ini bisa dilakukan dengan mengalang
penanaman pohon untuk setiap warga masyarakat Indonesia. Serta melalui
penataan daerah berbasis lingkungan, sebab selama ini daerah-daerah
rawan bencana terjadi akibat adanya pengalihan fungsi dari lahan
pertanian ke perindustrian dan hutan ke perumahan dan pertanian.
Membangun kembali daerah-daerah hutan tropis sebagai kawasan yang
dilindungi dan memberikan yang terbaik terhadap spesies penghuni hutan
atau lingkungan.
Selama ini memang bidang pendidikan menghadapi
tantangan zaman global sebagai akibat dari dampak krisis ekologi, dalam
hal ini perlu adanya konstruksi paradigma baru pada arah epistemologi.
Format pendidikan yang sesuai kondisi di atas, perlu menyajkan salah
satu strategi dengan pembelajaran ekoeducation yang berbasis agama
sebagai sumber penanaman jiwa anak didik. Pembelajaran ekoeducation
yaitu upaya kegiatan belajar mengajar dengan mengintroduksi
keanekaragaman hayati pada setiap mata pelajaran dan penanaman nilai
spiritualitas supaya tumbuh kesadaran hubungan harmoni antara manusia,
Tuhan dan alam.
Keeratan hubungan antara manusia dengan alam dan
lingkunganya itu tercermin juga di dalam cara hidup mereka dalam mata
pencaharian hidup. Cara pencaharian hidup masyarakat sederhananya
biasanya memang amat ditentukan oleh alam dan lingkungannya. Misalnya;
suatu kelompok masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan, mereka
otomatis sangat bergantung dari alam pegunungan dengan cara bertani,
berternak, berkebun, dan berladang. Kelompok masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir, meraka sangat bergantung dari kondisi pesisir dengan
cara melaut, pertambakan, dan sangat bergantung dari hasil laut
Pembelajaran
ekoeducation juga perlu diberikan kepada setiap masyarakat, sebab
masyarakat merupakan sistem sosial yang memiliki interaksi dan
komunikasi langsung dengan lingkungan hidupnya. Masyarakat memiliki
andil besar dalam melestarikan dan menjaga keseimbangan (equilibrium)
lingkungan, karena masyarakat sebagai penghuni lingkungan hidup.
Menjunjung tinggi kesadaran lingkungan adalah sebuah alternatif
individu, dan akhirnya menuntut kesadaran kolektif
Peran
masyarakat dalam penyadaran lingkungan perlu di wujudkan melalui program
yang terencana baik secara organisatoris maupun personal, yaitu melalui
pembelajaran ekoeducation yang perlu di berikan kepada khalayak umum
masyarakat di RT dan RW setempat. Dengan memberikan pembelajaran
ekoeducation kepada setiap penghuni rumah tangga, mereka akan
mendapatkan pengetahuan dan juga sikap yang sadar akan lingkungan hidup.
Melalui penyadaran itulah baik pemerintah ataupun masyarakat itu
sendiri akan tertanan nilai-nilai untuk menghargai lingkungan hidupnya.
Membangun suri tauladan, itulah yang dapat memberikan perhatian dengan
memperlakukan lingkungan hidup dengan penuh tanggung jawab.
Lukni Maulana - Sciena Madani
0 comments: