Kereta Kencana Jokowi - Feodal Monarki

Bengawan Bojonegoro

HARI SENIN tanggal 20 Oktober 2014 dinegeri Kiai Cungkring sedang ada perayaan besar yakni pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Jokowi diarak menaiki Kereta Kencana ke Monas.

Kiai Cungkring hanya ingin bertutur tentang “Kereta Kencana.” Kereta kencana merupakan kendaraan bagi seorang raja yang berdiri diatas kekuasaan feodal monarki. Kereta kencana berlaku di Yogyakarta dan bahkan Pangeran Carles di Inggris pun menaiki kereta kencana saat menaiki tahta kerajaan. Jadi masa lalu hanya keraton atau kerajaan yang memiliki kereta kencana.

Kereta kencana juga melambangkan kendaraan khusus para jenderal (Penguasa), begitupun pada masa kolonial kereta kencana menjadi kendaraan untuk meninjau kamp-kamp. Begitupun kereta kencana menjadi simbol pencapaian untuk meraih kemerdekaan seperti patung Pangeran Diponegoro menaiki kuda. 

“Ah jadi ingat Prabowo Subianto naik Kuda,” tutur Kiai Cungkring

Dalam dunia pewayangan, salah satu perlambang kereta kencana menjadi simbol milik Arjuna yang menaiki kereta kencana yang ditarik 4 ekor kuda. Kuda tersebut beragam warna yakni warna hitam, putih, kuning dan merah. Ke-empat kuda kereta kencana tersebut memiliki makna yang ada pada diri manusia yakni keempat nafsu yang ada pada diri manusia. Kuda hitam; mengambarkan nafsu jasmaniah. Kuda putih, menggambarkan nafsu amarah. Kuda kuning memiliki arti kecintaan pada keindahan atau nafsu supiyah. Sedangkan Kuda merah; berarti nafsu mutmainah yang berarti kecintaan pada perdamaian.

Soal “kereta kencana” jadi ingat WS. Rendra sebuah naskah lakon yang diadaptasi dari The Chairs atau Les Chaises karya Eugene Ionesco (1909-1994), maestro drama berdarah Rumania-Prancis. Kisah itu bercerita tentang kegusaran sepasang lelaki dan perempuan tua yang telah hidup selama dua abad. Kini dalam sepi yang panjang, mereka MENANTI KEMATIAN, menunggu kereta kencana tiba.

Semarang, 20/10/2014