SALAH satu kemajuan abad modern
adalah buah pemikiran ilmu pengetahuan. Namun pada hakikatnya upaya manusia
memperoleh pengetahuan didasarkan pada tiga aspek masalah pokok
yakni; Apakah yang ingin kita ketahui? Bagaimanakah cara kita memperoleh pengetahuan? dan Apakah
nilai pengetahuan tersebut bagi kita?, ungkap Santri Cungkring lagi belajar filsafat untuk mencari kebenaran.
Dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan inilah memicu positivisme ilmu,
sehingga acapkali sebagai sumber kebenaran tunggal. Begitupun sebaliknya mereka
yang berpaling muka dari ilmu, dan sesungguhnya ilmu telah membentuk peradaban
manusia, ini disebabkan mereka kurang mengenal hakikat ilmu. Inilah dua kutup
yang berbeda.
“Ilmu mengajarkan bersikap bijak. Bijak menyadari ilmu memberikan gambaran
konseptual tentang hakikat kebenaran, tapi kebenaran ilmu bukanlah satu-satunya
sumber kebenaran,” Kiai Cilik menemani Santri Cungkring sambil seruput kopi
manis. Lalu Santri Cungkring menunjuk kitab suci dan mendengarkan Kisah Nabi
Musa dan Nabi Khidhr.
“yang demikian itu
adalah karena Allah telah menurunkan Al kitab dengan membawa kebenaran.” (QS.
Al-Baqarah/2: 176)
* * *
“Musa berkata
kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku
ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?. Dia
menjawab: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku.”
(QS. Al-Kahfi/18: 66-67)
Komunitas Cahaya – 09/01/14
0 comments: