Suara Merdeka - 24 Februari 2011
Semarang Setara itulah harapan besar Bapak Soemarmo. Dimana Semarang merupakan kota yang berbasis perdagangan dan jasa. Pada sektor ekonomi, tentunya masyarakat dituntut lebih dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga memunculkan pandangan profesionalitas, karena dengan pandangan tersebut ia mampu eksis dan bertahan hidup.
Hingga kini Semarang menjadi kota yang penuh dengan corak pandangan ekonomis, sehingga keseluruhan wilayah pasti ada area basis perdagangan. Namun menyimpan kasus buruk, khususnya daerah pesisir pantai seperti Mangkang, Tugu, maupun Genuk.
Ketiga, mereka adalah masyarakat buruh dengan penghasilan di bawah standar UMK. Keempat, letak geografis yang berdekatan dengan industri menjadikan masyarakat tidak sadar lingkungan. Kelima, antara penghasilan menjadi buruh dengan kebutuhan berbanding terbalik. Tidak mampu memenuhi kebutuhan, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Bahkan mereka menelan pil pait, dengan hadirnya air yang mengisi rumah-rumahnya dan bahkan menghanyutkan manusia hingga mati. Akibat bila permasalahan tersebut tidak segera dapat diatasi, akan memicu munculnya penganguran baru karena out put lulusan lebih besar dari kebutuhkan kerja. Memunculkan masalah-masalah sosial seperti pencurian, pemalakan di sekitar pabrik, penjambretan di jalan padat dan kejahatan-kejahatan berbasis motif ekonomi. Masyarakat tidak percaya sekolah dan memicu lahirnya anak jalanan baru di kota. Akhirya ada andigum masyarakat ‘’lebih baik kerja daripada sekolah. Sekolah kamu mau jadi apa, pastinya juga masuk pabrik’’.
Lahan-lahan perkebunan masyarakat tergerus habis karena dampak pembangunan properti. Dengan pembangunan perumahan tersebut, dampak lain yang tak terkirakan yakni banjir akan menjadi rutinitas musiman. Gemar baca yang diusahakan oleh pemerintah menjadi terganjal karena kesibukan masyarakat pada ranah kebutuhan ekonominya.
Hal ini karena dampak dari globalisasi seperti pandangan Dharam Ghai: Konskwensi penting lainnya dari globalisasi adalah usaha globalisasi itu untuk menciptakan atau menguatkan hubungan antarkelompok di dunia yang mempunyai kepentingan-kepentingan dan gaya hidup sama. Jadi sebuah golongan minoritas di negara-negara miskin dapat dihubungkan dengan golongan kelas menengah atas di negara-negara industri’’.
Sedangkan dampak dari pokok permasalahan tersebut adalah kemiskinan masyarakat dari aspek ekonomi, dalam pandagan Ellis ialah kemiskinan ekonomi sebab kekurangan sumber daya, kemiskinan politik rendahnya akses terhadap kekuasaan dan kemiskinan sosial kekurangan jaringan sosial dan struktus yang menghambat kesempatan.
Maka melalui surat pembaca ini, saya mengajak para insan dengan penuh kesadaran untuk saling berbagi kebaikan, menciptakan pandangan kebenaran dan berusaha selalu menegakan keadilan. Salah satunya dengan mendirikan Rumah Pendidikan, dimana kita mendidik dari keluarga yang paling utama. Mendidik generasi penerus kita untuk menyadari akan pentingnya kesadaran lingkungan. Ada andigum mengatakan, ‘’bumi ini bukan warisan nenek moyang kita, akan tetapi justru kita meminjam dari anak cucu kita’’.
Kami atas nama pengelola Rumah Pendidikan Sciena Madani yang terletak di alamat Banjardowo RT 2 RW VI Genuk Semarang, email: scienamadani@yahoo.com dan weblog: www.scienamadani.co.cc. Mengajak untuk saling berbagi dengan menyisikan sedikit hasil keringatnya untuk pengembangan Rumah Pendidikan. Baik berupa buku, rak , meja, kursi, media pembelajaran maupun alat permainan edukatif.
Untuk saat ini kami sudah memiliki dua rak yang sudah dipenuhi buku, sentra bermain anak, sentra phisic and reality dan media informasi. Maka kami berharap keikhlasan untuk saling berbagi, untuk mendidik generasi penerus bangsa yang lebih beradab. Karena orientasi kami bukan orientasi profit. Dengan pembangunan Rumah Pendidikan Sciena Madani tersebut kami berharap dapat ikut serta mewujudkan tatanan masyarakat yang lebih baik dan beradab.
Lukni Maulana, S.Pd
Banjardowo RT 2 RW VI
Genuk Semarang 50117
081225761827
Semarang Setara itulah harapan besar Bapak Soemarmo. Dimana Semarang merupakan kota yang berbasis perdagangan dan jasa. Pada sektor ekonomi, tentunya masyarakat dituntut lebih dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga memunculkan pandangan profesionalitas, karena dengan pandangan tersebut ia mampu eksis dan bertahan hidup.
Hingga kini Semarang menjadi kota yang penuh dengan corak pandangan ekonomis, sehingga keseluruhan wilayah pasti ada area basis perdagangan. Namun menyimpan kasus buruk, khususnya daerah pesisir pantai seperti Mangkang, Tugu, maupun Genuk.
Ketiga, mereka adalah masyarakat buruh dengan penghasilan di bawah standar UMK. Keempat, letak geografis yang berdekatan dengan industri menjadikan masyarakat tidak sadar lingkungan. Kelima, antara penghasilan menjadi buruh dengan kebutuhan berbanding terbalik. Tidak mampu memenuhi kebutuhan, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Bahkan mereka menelan pil pait, dengan hadirnya air yang mengisi rumah-rumahnya dan bahkan menghanyutkan manusia hingga mati. Akibat bila permasalahan tersebut tidak segera dapat diatasi, akan memicu munculnya penganguran baru karena out put lulusan lebih besar dari kebutuhkan kerja. Memunculkan masalah-masalah sosial seperti pencurian, pemalakan di sekitar pabrik, penjambretan di jalan padat dan kejahatan-kejahatan berbasis motif ekonomi. Masyarakat tidak percaya sekolah dan memicu lahirnya anak jalanan baru di kota. Akhirya ada andigum masyarakat ‘’lebih baik kerja daripada sekolah. Sekolah kamu mau jadi apa, pastinya juga masuk pabrik’’.
Lahan-lahan perkebunan masyarakat tergerus habis karena dampak pembangunan properti. Dengan pembangunan perumahan tersebut, dampak lain yang tak terkirakan yakni banjir akan menjadi rutinitas musiman. Gemar baca yang diusahakan oleh pemerintah menjadi terganjal karena kesibukan masyarakat pada ranah kebutuhan ekonominya.
Hal ini karena dampak dari globalisasi seperti pandangan Dharam Ghai: Konskwensi penting lainnya dari globalisasi adalah usaha globalisasi itu untuk menciptakan atau menguatkan hubungan antarkelompok di dunia yang mempunyai kepentingan-kepentingan dan gaya hidup sama. Jadi sebuah golongan minoritas di negara-negara miskin dapat dihubungkan dengan golongan kelas menengah atas di negara-negara industri’’.
Sedangkan dampak dari pokok permasalahan tersebut adalah kemiskinan masyarakat dari aspek ekonomi, dalam pandagan Ellis ialah kemiskinan ekonomi sebab kekurangan sumber daya, kemiskinan politik rendahnya akses terhadap kekuasaan dan kemiskinan sosial kekurangan jaringan sosial dan struktus yang menghambat kesempatan.
Maka melalui surat pembaca ini, saya mengajak para insan dengan penuh kesadaran untuk saling berbagi kebaikan, menciptakan pandangan kebenaran dan berusaha selalu menegakan keadilan. Salah satunya dengan mendirikan Rumah Pendidikan, dimana kita mendidik dari keluarga yang paling utama. Mendidik generasi penerus kita untuk menyadari akan pentingnya kesadaran lingkungan. Ada andigum mengatakan, ‘’bumi ini bukan warisan nenek moyang kita, akan tetapi justru kita meminjam dari anak cucu kita’’.
Kami atas nama pengelola Rumah Pendidikan Sciena Madani yang terletak di alamat Banjardowo RT 2 RW VI Genuk Semarang, email: scienamadani@yahoo.com dan weblog: www.scienamadani.co.cc. Mengajak untuk saling berbagi dengan menyisikan sedikit hasil keringatnya untuk pengembangan Rumah Pendidikan. Baik berupa buku, rak , meja, kursi, media pembelajaran maupun alat permainan edukatif.
Untuk saat ini kami sudah memiliki dua rak yang sudah dipenuhi buku, sentra bermain anak, sentra phisic and reality dan media informasi. Maka kami berharap keikhlasan untuk saling berbagi, untuk mendidik generasi penerus bangsa yang lebih beradab. Karena orientasi kami bukan orientasi profit. Dengan pembangunan Rumah Pendidikan Sciena Madani tersebut kami berharap dapat ikut serta mewujudkan tatanan masyarakat yang lebih baik dan beradab.
Lukni Maulana, S.Pd
Banjardowo RT 2 RW VI
Genuk Semarang 50117
081225761827
0 comments: