BENGAWAN ADALAH keindahan
peradaban, bagi banyak kalangan disebut sebagai sungai yang memiliki aliran
panjang. Dari adanya bengawan inilah peradaban mulai tumbuh, sehingga menjadi
pusat kehidupan bermasyarakat. Sebab masa silam bengawan menjadi tempat
bertumbuhnya peradaban, bukan tanpa sebab tapi karena beragam eksotika yang
muncul. Seperti menjadi media transportasi, tanahnya yang subur, sumber makanan
dan mata pencaharian. Baik untuk pertanian, perkebunan, peternakan maupun
perikanan.
Inilah nuswantara kita yang
muncul dari bantaran bengawan sebagai sebuah bangsa kepulauan yang menjadi
cikal bakal negara Indonesia. Negeri Indonesia yang kaya raya ini menjadi
kebanggan oleh sebab secaa geografis terletak pada jalur perdagangan internasional.
Salah satunya aliran bengawan menjadi penentu bentuk transkontinental
perdagangan.
Untuk menjangkau daerah
kepulauan Indonesia lintasan tanskontinental bengawan menjadi satu-satunya
jalur lintasan perdangangan dan munculnya peradaban. Namun kini peradaban
modern telah mengkonstruksi sistem mental bangsa Indonesia. Sehingga bengawan
menjadi peradaban yang terlupakan.
Sesungguhnya orang-oang Jawa
yang hidup disekitar bengawan telah diajarkan bagaimana ia berhubungan dengan
Tuhan, berhubungan langsung dengan manusia, berhubungan dengan alam dan
berhubungan dengan makhluk halus. Namun seiring perkembangan peradaban yang
telah memoles mentalitas bangsa ini, mereka lupa akan kejayaanya.
Kita adalah bangsa yang mampu
mengkonstruksi mental bangsa nuswantara, sebuah bangsa penguasa peradaban
didunia yang hadir diantara keindahan bengawan. Struktur mental bangsa yang
hidup disekitar bengawan senantiasa mengabdikan dirinya kepad Tuhan. Merawat hubungan
kemasyarakatan dan yang paling tinggi adalah berhubungan dengan makhluk halus
atau bangsa Jin. Maka tidak heran jika orang yang tinggal disekitar bengawan
selalu menyalami alam ini dengna bentuk perayaan dan sykuran yang kemudiaan
menjadi budaya. Seperti budaya sesajen, mereka memberikan sesajen disungai
sebab golongan jin tinggal di bengawan tersebut. Jika diberikan diatas meja
tentu bukan lagi sesajen melaikan sugatan atau hidangan yang hanya dinikmati
manusia. Namun pola semacam itu, bentuk tradisi sesajen menjadi perlawanan
sehingga diantara kita yang mengatakan perbuatan bid’ah, tahayul dan khurafat. Sesungguhnya
mereka tidak tahu keindahan bengawan.
Perahu Pembelajaran
Bagi bangsa ini, bengawan
tidak saja memiliki keindahan, namun kita perlu mengenalkan bahwa peradaban
berasal dari bengawan. Kebudayaan dan sistem kemasyarakatan hadir didalamnya. Hal
ini tentu harus didukung dengan stake holder baik dikalangan pemerintahan,
birokrasi, masyarakat sipil maupun masyarakat ekonomi.
Oleh sebab kerusakan ekologis
bengawan semakin memperihatinkan, mereka cenderung memanfaatkan nilai
keuntungan dari bengawan namun lupa merawatnya seperti penambangan liar maupun
membuang sampah sembarangan. Sehingga terjadi kerusakan lingkungan dan akan
butuh waktu lama untuk memperbaikinya.
Generasi Penerus Pembelajar Bengawan Bojonegoo |
Marilah kita menjadi perahu
sang pelajar, diatas kehidupan ini ada hubungan yang salin menguntungkan. Ketika
kita berbuat baik kepada alam, makan alampun akan berbuat baik kepada kita.
Cara yang terbaik hanya
berbuat baik kepada alam salah satunya diantara aliran bengawan.
Indahnya bengawan Bojonegoro
yang diberikan kekayaan alam baik berupa ladang minyak maupun keindahan sungai
bengawan solo yang meilintas di Kabupaten Bojonegoro. Kini kota Bojonegoro
dengan anugerah minyak seharusnya belajar pada kota Miri di Brunai Darussalam,
semenjak ditemukan ladang minyak yang memiliki nama Grand Oly Lady, kota kecil
tersebut memiliki peradaban yang maju dan pesat. Semoga Bupati Bojonegoro menjadi pemimpin yang mengerti tentang Bengawan.
Saatnya bengawan Bojonegoro
menjadi perahu pembelajaran, membangun peradaban Nuswantara didaerah aliran
bengawan solo. Pertama, membangun sistem kebudayaan masyarakat bengawan Bojonegoro yakni tidak melupkan tradisi yang telah berkembang pada zaman
bengawan nuswantara seperti tradisi sesajen menjaga hubungan baik dengan alam. Kedua,
jika peradaban telah beralih ke darat, bengawan Bojonegoro bisa dijadikan obyek
wisata. Tentu dengan beragam fasilitas keindahan wisata, dengan menjadikannya
obyek wisata tentu kita memiliki tanggung jawab menjaga lingkungan.
Ketiga, festival Bengawan
Bojonegoro menjadi agendan rutin tahunan untuk memberikan efek dan branding
pariwisata Bojonegoro dan tentunya mengenalkan Kabupaten Bojonegoro.
Keempat, menciptakan
kantong-kantong institusi disekitar Bengawan Bojonegoro yakni seperti institusi
pendidikan, institusi kesusastraan maupun institusi pertanian dan perikanan.
Kelima, bengawan Bojonegoro
menjadi tempat hiburan dan pembelajaran bagi masyarakat. Bahwa sesungguhnya apa
yang diberikan alam bukan untuk dieksploitasi melainkan untuk dapat dimengerti.
Bukan semata menjadi tempat tinggal namun menjadi surga bagi kehidupan ini.
Tata kelola Bengawan
Bojonegoro dari pandangan ini memberikan kepada kita semacam amanat kosmologi
untuk menjaga, mengelola, dan merawat bengawan menjadi bagian hubungan timbal
balik antara Tuhan, alam dan manusia.
Semarang, 19 Oktober 2014
Semarang, 19 Oktober 2014
* Indahnya Bengawan Bojonegoro diikutkan pada lomba blog yang diadakan Pemkab Bojonegoro dan Dewan Kebudayaan Bojonegoro.
* Pengalaman waktu membaca puisi di Sastra Bengawan Bojonegoro. Melihat para pelajar yang menyeberangi Bengawan Bojonegoro.
Nanti di copy ke Portal resmi Sciena Madani (www.scienamadani.org) dan berita online Sciena Madani di Warta Madani (www.wartamadani.com)
ReplyDeleteOke..maklum mertuaku tinggal dipinggiran bengawan Bojonegoro
ReplyDelete