Thursday, November 23, 2017

Negeri Republik Monoteisme Dibakar Namrud Bin Civil War

NEGERI REPUBLIK MONOTEISME DIBAKAR NAMRUD BIN CIVIL WAR

Foto: Pembawa Acara Kebun Sastra Aktor Studio
Kesaksian Bayu Aji Anwari
PARA raja menikmati hidangan pagi hari di sebuah apartemen mewah di negeri atas angin. Secangkir kopi dan sebatang cerutu menemani para raja bermain catur, sambil mendengarkan alunan keriuhan negeri republik monoteisme. Sesekali mereka tertawa, kelihatan gigi putihnya. Permainan catur mereka sangat unik, terlihat dari papan caturnya yang bergambar lambang-lambang negara. Begitupun bidak-bidaknya, tidak ada kuda, menteri, pion, bahkan rajapun tidak ada. Mereka adalah raja, lalu dibakarlah papan catur tersebut.

Nabi Ibrahim dibakar oleh Raja Namrud bin Kan'aan, ya negeri republik monoteisme mulai terbakar. Negeri republik monoteisme diguncang beragam persoalan, dari persoalan pendidikan, ekonomi, politik maupun sosial budaya. Namun bagi para raja, persoalan tersebut hanya bagian kecil. Hal ini telah dibuktikan meskipun terjadi krisis moneter, rakyat negeri monoteisme tetap bisa bertahan. Meski tidak berpendidikan, mereka bisa bekerja di sawah, lautan maupun di hutan, mereka mampu memodifikasi rongsokan menjadi barang yang lebih berguna. Bahkan jika sampai tidak ada makanan, mereka sangat hebat dalam persoalan puasa dan tirakat. Jadi ketahanan hidup rakyat negeri republik monoteisme sangatlah kuat dan kokoh.

Para raja semakin tahu hal tersebut dan para raja semakin sadar ternyata negeri republik monoteisme sangat kuat dalam memegang prinsip keyakinannya. Apa prinsip keyakinan tersebut?  Yakni agama. Ya jelas mereka tahulah, kan dulu ada Dr. Snouck Hurgronje.

Perlahan api mulai membakar negeri republik monoteisme. Negeri dengan beragam kebudayaan dan agama, beragam aliran kepercayaan beragam pula simbol keorganisasian keberagamaan. Negeri republik monoteisme tersebut melandasi falsafah Kebinekaan, untuk menopang keberagaman dan keberagamaan tersebut. Namun satu demi satu mulai dirontokan oleh jilatan api. Mari kita jaga negeri kesatuan republik monoteisme. Teriakan itu terdengar, tapi api terus saja menjilat-jilat dan semakin berkobar.

Dua kekuatan muncul yakni kelompok semut dan kelompok cicak. Kelompok semut mengambil air sedikit demi sedikit untuk memadamkan api tersebut. Namun berbeda dengan kelompok cicak, bukannya ikut membantu memadamkan api tapi malahan kelompok cicak meniup-niup api tersebut. Sehingga api terus saja berkobar dan tentunya masih terus saja membakar tubuh negeri rupublik monoteisme. Apakah yang harus kami lakukan? Apakah kami harus membunuh kelompok cicak, baru nanti kami mengambil air dan memadamkan api tersebut? Ucap kelompok semut. Kita ini saudara dan hidup bernegara di negeri rupublik monoteisme.

Karena negeri rupublik monoteisme memiliki prinsip yang kuat dalam beragama, datanglah malaikat menghampiri api tersebut yang dikelilingi kelompok semut dan cicak. Malaikat menawarkan diri untuk ikut memberikan pertolongan dalam memadamkan api. Namun, api tersebut menolak untuk dipadamkan. Api tersebut berkata, "Aku tidak membutuhkan untuk dipadamkan, aku hanya membutuhkan pertolongan dan izin Allah untuk padam."

Kemudian api tersebut berdoa, "Hasbunallah wa ni'mal Wakiil." Lalu Allah mengabulkan permohonan api untuk padam, "Qulnaa yaa naaru kunnii bardan wasalaaman."

Api tersebut adalah diri kita sendiri, kita yang bermain api dan kita pula yang akan merasakan jilatan api tersebut. Dan para raja masih tertawa di negeri atas angin sana, menyaksikan api semakin membesar membakar negeri rupublik monoteisme

Engkau adalah cicak itu
Dan akulah semut itu

#SulukAsthabil #SulukCungkring
Previous Post
Next Post
Related Posts

0 comments: