KEBINEKAAN PERKOSAAN RASA KOPI
CUNGKRING saat sedang asyik duduk dan menikmati arem-arem kesukaanya di belakang panggung. Tiba-tiba terdengar suara MC (Master Of Congor) mendaulat Cungkring untuk menyampaikan pidato politiknya dengan tema Merajut Kebinekaan. Sontak Cungkring kaget, dengan perasaan agak lemes iapun berjalan mendekati panggung. Sesampainya di podium ia berkata.
"Wahai saudara-saudaraku. Aku ini bukan politikus, tapi karena ini diminta pidato politik maka aku akan berusaha sesuai kemampuanku."
"Wahai saudara-saudaraku. Apakah kebinekaan itu? Bagaimana bentuk seram dari kebinekaan?"
Terdengar celetukan dari depan. Wah gawat kie pakai gaya Al-Quran. "Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal" (QS. Al-Hujurat: 13)."
Lalu Cungkring berkata.
"Kebinekaan itu kita cari kopi, gula, dan air, kemudian kita masak. Kalau perlu juga bisa ditambahkan sedikit gula merah dan setetes keringat. Lalu diaduk supaya merata dan larut menjadi satu kesatuan yang utuh."
"Oaalllaaahhhh, kebinekaan itu Ngopi Mania. Lha...perlu tambahan rokok dan gorengan ngak ya," sahut jamaah politik.
Sangat perlu itu, untuk mendukung supaya semakin gayeng saat kita ngobrol nanti di belakang. Karena kebinekaan merupakan satu kesatuan untuk mencapai tujuan bersama. Karena kebinekaan ialah ruang-ruang kosong yang diisi beragam suku, agama, ras, maupun kelompok-kelompok yang memiliki beragam paradigma. Jadi gorengan dan rokok menjadi pelengkap untuk saling take and give untuk memajukan bangsa ini menjadi bangsa yang baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur.
"Ok......siap thok kui."
Langit tampak mendung, sepertinya pertanda akan hujan. Tiba-tiba Micropon itu yang dipegang Cungkring bergetar sendiri.
"Kesetrummm......Cungkring kesetrum...mm."
Micropon tersebut terjatuh, tiba-tiba Micropon mengucapkan "Aku pancasila. Kamu khilafah."
Podium yang bersanding di sebelah kanan Micropon, tidak terima dengan dengan ucapan Micropon "Kamu komunis."
Karena merasa tersiksa Kursi-kursi juga turut menimpali, "Kalian Cina, kalian non pribumi."
Meja-mejapun ikut melempar suara, "Dasar kafir."
"NKRI harga mati," teriak Karpet berwarna hijau.
Cungkring dan para jamaah politik hanya terdiam melihat kegaduhan antara Micropon, Podium, Kursi, Meja, dan Karpet.
Lalu Cungkring berkata kepada jamaah politik.
"Kebinekaan kita saat ini, ternyata rela diperkosa."
"Lho diperkosa kok rela, diperkosa kan dengan paksaan dan berontak," ucap Jamaah Politik.
Ok aku ulangi lagi hehe, Cungkring nyengir kelihatan giginya yang nampak hitam terselip ampas kopi.
"Mau tidak mau harus rela diperkosa. Daripada berontak, akan semakin tersiksa. Maka nikmatilah pemerkosaan itu."
13/11/17 | #SulukCungkring
0 comments: