Friday, December 1, 2017

Lukni Maulana dalam Pandangan Budayawan Eko Tunas

Sepertinya dia tidak kemana-mana, tapi anehnya ada di mana-mana. Di setiap pengajian, pers, kesenian bisa dipastikan dia ada -- di Semarang, Jawa Tengah maupun nasional. Dari acara di warung lesehan, gedung pemerintah, hingga hotel berbintang. Bahkan acap dialah pemrakarsa dengan tiga status: kiai, wartawan, seniman.

Sebagai kiai dia ada di belakang beberapa majelis taqlim. Sebagai wartawan dia pengelola beberapa media on line dan penerbitan. Sebagai seniman, penampilan baca puisinya lebih kucing dari Sutardji Calzoum Bachri. Tidak percaya, saksikan saja di panggung mbah google, sembari persiapkan jempol anda. Itu semua disembunyikannya dengan sikap dan gaya bagai kucing manis. Muda, kalem, rendahati, lebih suka duduk manis menyendiri di pojok. Sebagai teman dia punya kemampuan menemani melebihi pacar bahkan isteri. Setia menemani ngopi-ngobrol sampai pagi sambil dialah yang menraktir.

Pengalaman berteaternya dia buktikan saat gelar teater out door dalam Pesta Rakyat Kampung Tanggungrejo Teha Edy Djohar. Dia begitu fasih berperan sebagai mayat yang terapung di sungai, meski sempat hampir wafat beneran karena tersedot lumpur hidup. Kemudian diseret awak Teater Gema ke pinggir sungai, dan tetap andal saat seluruh badannya dilumuri tinja oleh Maulid Ndalu dalam performance yang disebut me-tai-kologi. Lalu diarak di siang terik keliling jalanraya Kaligawe Semarang, sambil diam-diam beberapa kali pingsan. Ada beberapa peristiwa saya saksikan yang membuktikan bahwa dia manusia dalam arti yang sebenarnya.

Paling mengharukan ialah saat jelang lebaran kemarin, dialah orang pertama yang membawa sendiri parsel ke rumah saya. Surprise lain yang dilakukannya antaralain, dialah salahseorang penggagas konsep/kelompok Puisi Kampungan. Menerbitkan sendiri puisi-puisi kelompok tersebut. Gratis! Dia juga menerbitkan buku puisi beberapa penyair sahabatnya seperti Melur Seruni, Artvelo Sugiarto, juga puisi dan novel ET. Mendatang dia akan menerbitkan antologi penyair cewek trendy yang puisi-puisinya bahkan lebih bagus dari karya Sapardi Damono. Siapa penyair cantik berpassion gotic ini, tunggu saja saatnya, katanya sembari senyum kependem.

Betapa pun pria imut beristeri hanya satu dan beranak baru dua ini adalah potensi langka yang dimiliki Kota Semarang. Ya, dialah sahabat dan saudara kita semua: Kiai Cungkring Lukni Maulana #SeriLaronSemarang.

Sumber:
Status facebook Eko Tunas
Previous Post
Next Post
Related Posts

0 comments: