Tuesday, January 29, 2008

Cinta Di Negeri Ulul Albab


Cinta Di Negeri Ulul Albab
"Tiap muslim di muka bumi yang memohon suatu permohonan kepada Allah, pastilah permohonannya itu dikabulkan Allah, atau dijauhkan Allah dari padanya sesuatu kejahatan, selama ia mendo’akan sesuatu yang tidak membawa kepada Allah dosa atau memutuskan kasih sayang". (HR. At Turmudzi)
Tepat malam minggu yang penuh dengan lantunan kerianggan, karena biasanya para kaula muda asyik menikmati hari-hari di malam ini dan tidak bisa terlepaskan mungkin sudah menjadi tradisi atau apa ya…mungkin inilah malam yang membuat kenagan perjalanan semua menjadi indah.
Desiran angin mengembus dengan perasaan yang begitu halus melantunkan ketenaggan yang tidak di dapat bagi mereka yang tidak bisa menikmati atas semua karunia yang terlimpahkan untuk umat manusia di muka bumi ini, maka bersegeralah untuk bersyukur. Angin malam begitu ragu ragu akan kemulyaan dan keberkahan. Angin malam semakin kesepian tiada yang mau menemaninya melihat bintang. Terlihat banyak orang-orang yang berlalu lalang melewati terotoar, mungkin juga keramian ini memang malam minggu.
Tepat di kota Jombang sebagai induk kota santri yang ada di Jawa Timur dan kota yang telah melahirkan Hasyim Asyari dan Wahab Hasbullah, mereka adalah para pendiri Nahdathul ‘Ulama yang kini organisasi masyarakat tersebut telah berkembang pesat. Di sisi lain tampak seorang pemuda yang sedang gusarnya, berjalan sendiri di dalam kurungan keramaian. Langkah kakinya begitu lemas daya tahan tubuhnya jika di amati sangat memperihatinkan. Lemak telah membungkus tubuhnya dengan kurusnya, tapi ia lumayan tinggi. Ia memandang kiri dan kadang ke kanan kira-kira mau kemana pemuda tersebut, hanya dia yang tahu.
"hai friend…..?. Pangilan itu mengarah kepada pemuda tersebut.
"oe…ngapain you ada di sini?. Pemuda tersebut balik bertanya dengan semangatnya yang begitu luar biasa, di luar dugaan padahal tubuh kurusnya namun suaranya begitu membuat orang engan untuk mendengar.
"biasa tho ya, namanya aja anak muda, kamu itu gimana sih mana sepiamu, kok ngak di ajak menikmati malam minggu yang indah ini atau emang nggak punya ya!
"kalau aku sih hanya ingin sendiri dulu, lha sepiamu mana"
"tu orangnya lagi beli minuman, ntar aku kenalin janggan kuatir.
Merekapun saling ngobrol riang, di bawah tenda berwarna biru bertuliskan warung kopi Mak White. Menikmati manisnya kopi buatan khas Cepu, kopi klotok namanya. Kopi yang kental dengan aroma wangi yang membuat lidah bagai di goyang oleh para biduan. Gorengan yang tertata rapi di atas piring membuat semua yang melirik akan menikmatinya, biasanya rokok juga menjadi tradisi yang tak terlupakan dalam menyeduh kopi.
"Zak, aku tinggal dulu ya. Biar aku yang bayar semuanya".
"Mas hati-hati jaggan banyak ngelamun ya!
"Makasih ya atas semuanya". Kalian berdua ya juga hati-hati jaga diri, awas banyak setan lho. Tadi kan barusan setanya aku, kira-kira jika kalian pergi kelamaan setanya semakin jahat lho. Teman dan pasangannya telah meninggalkan Zaki sendiri lagi, terlihat temanya menikmati gandengan tangan yang begitu mesranya. Tapi hati Zaki semakin nggak enak, malahan ia berfikir apa dunia malam minggu seperti ini ketika orang tahu makna pacaran. Apakah cinta itu seperti ini.
Ternyata pemuda tersebut bernama Zaki az Zarkazyi, berasal dari Batang Jawa Tengah ia kuliah di Universitas Darul Ulum rektornya salah seorang yang pernah menjadi orang nomor satu di Indonesia dialah Abdurrohman Wahid atau biasa di kenal dengan pangilan Gus Dur. Temenya bernama Umar Fauzi juga sama-sama kuliah di sana bahkan keduanya satu kos-kosan cuman beda kamar aja. Zaki terus bertanya dalam hati atas semua perkataan temanya dan pacarnya, bahwa ia di anggap laki-laki yang nggak normal. Masyak udah dewasa kok belum punya kekasih hati.
Perkatan tersebut membayangi Zaki di setiap kali ia berjalan melihat kemesraan duniawi. Benar padahal manusia tercipta dengan berpasangan. Di mana gerangan kekasih hatiku!
Di bumi ini manusia dicpitakan untuk mengemban amanah yang besar. Ia di suruh untuk menjaga bumi dan memakmurkanya tak heran jika manusia di sebut sebagai khalifatul fil ar’di. Dan takdirnya juga untuk beribadah kepada sang maha pencipta alam semesta. Ya...Allah aku telah di akhir studiku, berikanlah karunia terindahmu dan aku tak ingin mendapatkan kesulitan hidup ini. Akupun pergi menuju masjid untuk melakukan shalat dhuhur. Sebagai orang Islam aku harus tahu kewajiban, aku sangat meyakini keyakinanku dan aku tak akan sampai melakukan konversi agama, karena Islam agamaku yang paling sempurna. "pada hari ini telah aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah aku cukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu agama bagimu". (QS. al Maidah: 3).
Siang ini begitu panas tubuhku terasa kaku untuk bergerak. Kaki-kaki sudah tidak lagi mau bersahabat denganku. Aku pun tetunduk lusuh di bawah pohon beringin di taman ilmu, aku membuka jadwalku ternyata masih sepuluh menit lagi dan aku harus mengikuti mata kuliah yang paling aku suka filsafat ilmu.
"Zak...kenapa kamu di sini kok ngak langsung masuk keruangan, ayo bareng ama aku". Tanya Firman seraya ia memandang aku begitu tajamnya
"ngaklah you duluan aja, aku lagi males ni ntar lagi.
Terkadang kuliah tak seindah apa yang di bayangkan banyak orang. Terkadang harus sibuk dengan setumpuk tugas. Aku harus bersyukur karena aku dapat kuliah tapi bagaimana dengan yang lain. Mereka yang ingin menikmati indahnya kampus, pemerintah semoga dapat memberikan kewajibanya 20 %nya..
Lembaran hari terus berganti dengan secercah dan kesegaran embun-embun pagi yang membasahi taman bunga. Kicauan burung bernyanyi merdu mengema menuju alam semesta yang tak terperdaya oleh kemunafikan. Banyak aku melihat anak-anak yang turun di jalanan hanya untuk sepeser rupiah. Aku temui berbagai manusia yang asyik dengan pasangannya di tengah kegelapan. Berfoya-foya sudah menjadi tradisi di negeri republik ini, negeri yang begitu makmur salah siapa tak akan ada yang mengerti.
"dan jangalah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu, lebih banyak dari sebagain yang lain". (QS. an Nisa: 32)
Aku merasa cukup tapi lihatlah negaraku telah mengancurkan semua kemakmuran duniawi, kesejahteraan kini menjadi barang mahal, bagaimana aku bisa berjuang jika manusia-manusia sekarang tidak kuat untuk berdiri. Tidak ada makna yang lebih berarti jika kodrat mereka dalam kungkungan setan-setan bermata tapi buta.
Astagfirullah, matanya semakin tertutup. Lembaran baru terus berlalu. Tampak di beberapa sudut ramai dengan gunjingan dan obrolan yang tak berarti.
"Zak kamu kan udah semester akhir, KKN udah terlewati kenapa sih kamu kok belum mendapatkan sepia. Makanya jangan sibuk di kampus dan sok jadi aktivis". Umar menggangu pikiran kosongku. Mau gimana mengelak aku jelas ngak bisa, ia adalah teman terbaikku.
"terima kasih atas saran you, tapi sebelumnya maaf untuk sementara aku tak memikirkan hal seperti itu.
"kamu itu kok bodoh amat sih. Jangan berlagak sok alim, apa sih beratnya menerima ucapan cinta dari Desy. Bentak Umar
"aku ngak ingin walaupun Desy suka ama aku, aku belum tentu dapa sehati dengannya". Tanpa basa-basi akupun melangkah. Jika perbincangan ini terus berlanjut pasti tak akan ada habisnya
Suatu hari tepat di waktu acara diskusi tempatnya di auditorium. Aku menuju kesana. Pasti di sana aku akan bertemu dengan teman-teman ku sesama yang ingin berjuang menuju perubahan yang lebih berarti. Terlihat beberapa orang di sana. Tapi perjuangan mereka untuk mengelar acara sudah pontang panting lihat aja tempak kemeriahan mereka.
"maaf
"oh...ya..silahkan duduk
"dari fakultas apa Mbak". Tanyaku kepada seorang gadis di dekatku
"maaf ya Mas aku jadi ngak enak, pangil aja aku Vita. Aku dari UIN Malang fakultas tarbiyah.
"saya juga minta maaf, aku kirain mahasiswa sini.
"ya sama-sama".
Tidak terasa hari makin sore. Awan hitam menyelimuti langit yang sedang bermunajat. Tirai kelabu telah terbuka bagi mereka yang berfikir. Di sanalah surga itu terpendam, di antara galian kubur yang di huni cacing dan ular tanah.
Dengan kesadaran aku berbicara. Dengan senyuman aku tertunduk memandang semesta yang bertasbih menyebut asma tuhanya. Semogga Allah berikan petunjuk yang jelas dan mudah di mengerti.
Cahaya bulan menerobos jendela mendekati tubuh mungil itu. Waktu sepertiga malam mengumandang di tengah lautan yang kesepian sebab ikan-ikan juga asyik dengan zikir cintanya. Bintang berteriak lantang membawa sebongkok harapan. Bulan hanya terdiam termenung sendiri di bali awan yuang menutupinya.
Aku pun shalat malam. Semogga Allah berikan petunjuk bagi para pecintanya. Aku hanya bisa bermunajat demi cinta. Hari-hariku telah berlalu dengan kenikmatan dan kebahagiaan. Namun kata temen-temenku separuh dari kebagain dunia belum aku nikmati. Wahai Tuhanku dengan kebijakan aku berdiri, berikanlah sesuatau yang lebih berarti. Jika itu memang terbaik aku akan menerimanya.
Terasa tubuhu di tidurkan. Pikiranku melayang-layang tidak tahu arah dimana aku. Tolong aku pegang erat tangaku. Aku melihat bunga jatuh dari langit, berguguran menyebar di padang pasir yang gersang. Di pucuk bukit itu bidadari melambaikan tangannya. Diakah bidadari padang pasir di surga yang hilang. Angin telah membawanya jauh dariku, kerudungnya lepas dari mahkotanya. Begitu menakjubkan wajahnya. Kilauan pancaran cahaya surga menjerit lirih di atas keheningan ajaranya.
"Hai...siapa kamu"?
"Aku adalah perhiasan taman cinta"!
Subhanallah. Aku tak sadar dengan jiwaku yang lemah. Ampuni aku ya tuhanku yang maha pengampunb. "dan tidaklah kamu di beri pengetahuan melainkan sedikit". (QS. al Isra: 85). Aku hanya berharap dan bisa bermimpi ini adalah anugerah yang tak dapat aku bisa tafsirkan melainkan dengan cinta aku akan mengejarnya.
Irama tembang cinta
Bertarung di perbukitan sayang
Maka keseluruhan menyatu, kasih, rindu dan bahagia
Irama mengalir bernyanyi dalam riuh kemenaggan
Ialah jiwa yang selalu sabar dan syukur
Di samudra cinta ridho akan datang
Dan gadis diskusiku berlalu dalam kalbu yang menanti dirinya. Inilah cinta di negeri yang berfikir tak ada sesuatu yang abadi selain cinta yang hakiki. Kaulah perempuan berkerudung malu, aku akan selalu menunggu hadirmu menemani aku di sisi dalam riang ridho Illahi.
Previous Post
Next Post
Related Posts

0 comments: