ERA postmoedern sudah tidak takterelakan sebab merupakan konskewensi langsung dari zaman globalisasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Istilah globalisasi diambil dari kata “global”. Kata ini melibatkan kesadaran baru bahwa dunia adalah sebuah kontinuitas lingkungan yang terkonstruksi sebagai kesatuan utuh. Marshall Mc Luhans menyebut dunia yang diliputi kesadaran globalisasi ini global village (desa buana). Dunia menjadi sangat transparan sehingga seolah tanpa batas administratasi suatu negara. Batas-batas geografis suatu negara menjadi kabur.
Globalisasi membuat dunia menjadi transparan akibat perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi serta adanya sistem informasi satelit.Istilah globalisasi pertama kali dipopulerkan oleh Theodore Lavitte pada tahun 1985 ini telah menjadi slogan magis di dalam setiap topik pembahasan. Substansi dari globalisasi yaitu ideologi yang menggambarkan proses interaksi yang sangat luas dalam berbagai bidang: ekonomi, politik, sosial, teknologi dan budaya.
Globalisasi juga merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses multilapis dan multidimensi dalam realitas kehidupan yang sebagian besar dikonstruksi oleh Barat, khususnya oleh kapitalisme dengan nilai-nilai dan pelaksanaannya. Melalui arus globalisasi karakteristik hubungan antara penduduk bumi ni mengalami perubahan drastis yang melampaui batas-batas konvensional, seperti bangsa dan negara. Keadaan demikian ini menunjukkan bahwa relasi antara kekuatan bangsa-bangsa di dunia akan mewarnai berbagai hal, yaitu sosial, hukum, ekonomi, dan agama.
Globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menimbulkan adanya sistem satelit informasi dunia, konsumsi global, gaya hidup kosmopolitan, mundurnya kedaulatan suatu negara kesatuan dan tumbuhnya kesadaran global bahwa dunia adalah sebuah lingkungan yang terbentuk secara berkesinambungan, dan muncul kebudayaan global yang membawa pengaruh terhadap perkembangan sosial dan budaya yang beraneka ragam.
Menurut John Naisbitt, kebudayaan negara-negara yang berbahasa Inggris akan mendominasi gaya hidup global. Ketika gaya hidup global ini memunculkan perubahan nilai dan mempengaruhi masyarakat lain, maka akan terjadi pergeseran nilai dalam masyarakat penerima pengaruh. Kecenderungan tersebut dapat dilihat dalam produk-produk global yang dikemas dan diterangkan memakai bahasa Inggris.
Konsekuensi yang tidak bisa dielakkan adalah munculnya kemungkinan konflik nilai-nilai sosial dan budaya. Dochak Latief bahkan mengatakan bahwa planet bumi sebagai perkampungan global, hanya sebagian kecil saja penghuninya yang mampu memelihara nilai, tradisi, kebudayaan, kelembagaan, ritual dan simbol-simbol mereka, sedang yang lain terhanyut dalam arus global.
Generasi pemuda dibawah bendera globalisasi
Globalisasi juga merambah masyarkaat muslim yang indentik dengan nilai-nilai ketahuidan. Perubahan dunia yang begitu cepatnya semakin merambah tradisi dan nilai yang diemban oleh masyarakt muslim. Segala hal menjadi barang yang mudah dikemas untuk perdagangkan yang pada akhirnya menyebabkan masyarakat muslim menjadi konsumen.
Salah satu dampak dari arus perubahan zaman yang melanda masyarakat muslim adalah merebaknya buku, majalah, siaran radio, televisi dan internet yang banyak mengemas kisah remaja dengan kisah romatismenya. Kisah remaja dengan model keremajaan yang mengarahkan pemuda dan pemudi merasa menikmati kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan cinta.
Kisah-kisah cinta remaja yang telah dikemas sedemikian rupa, tak pelak akan mempengaruhi remaja muslim yang beranjak dewasa. Kisah remaja yang sekarang ini telah di kemas dalam keadaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai islam. Semisalnya kisah cinta yang dibumbui dengan cerita asmara dengan melakukan adegan-adegan yang dilarang syari’at contohnya berpegant tangan dengan mesranya, berpelukan, berciuman dan bahkan samapi melakukan hubungan intim.
Jika samapai demikian tentu saja diprediksikan generas-generasi islam yang menjadi harapan masa depan akan mengalami kemunduran dan kemrosotan akhlak. Generasi islam akan kehilangan jati dirinya, hidup dalam kehinaan dan kemunduran kesejahteraan. Jika kita menyaksikan generasi islam, maka terlihat sekali bahwa sebagaian mereka berada pada keadaan yang sangt memprihatinkan, mereka bagaikan kapal tanpa nahkoda yang terbawa riak gelombang, suka berfoya-foya atau hura-hura di masa remajanya dan mereka tidak memiliki nilai-nilai yang menjadi pegangan.
Banyak generasi pemuda islam terpengaruh budaya barat tanpa menyaringnya dulu sikap individual dan kebebasan telah menjadi cirinya. Kebanyakan mereka telah terjebak pada kehidupan yang hanya sekedar berfoya-foya, membuang-buang waktu dengan tanpa manfaat, dan berskipa hura-hura tanpa tahu kehidupan di keesokan harinya
Sesungguhnya islam menaruh harapan yang besar kepada pemuda untuk menjadi pelopor dan penerus serta pengerak dakwah islam. Pemuda merupakan kelompok masyarakat yang memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya, diantaranya mereka masih bersih dari pencemaran akidah dan pemikiran sesat, memiliki semangat yang kuat dan kemampuan mobilitas yang tinggi. Seharusnya itulah seorang pemuda yang menjadi harapan islam, pemuda yang mampu melakukan kativitas perubahan untuk memperbaiki sisitem dan merubah tatanan yang tidak sesuai dengan ajaran islam.
Globalisasi dan pasar bebas menjadi tema yang menarik dibicarakan dalam masyarakat. Disadari atau tidak, globalisasi yang merupakan bentuk baru dari perkembangan kapitalis akan menimbulkan penindasan (oppression) dan penghisapan (computation), tetapi secara manusiawi (humanly) seringkali menyenangkan orang. Globalisasi menjadi kekuatan yang akan terus meningkat sehingga menyentuh hampir ke setiap aspek kehidupan sehari-hari. Hanya sebagian kecil saja umat manusia yang mampu memelihara nilai-nilai, tradisi, kebudayaan, kelembagaan, ritual dan simbol-simbol mereka, sedangkan yang lain terhanyut dalam arus global. Hal ini disebabkan karena kekuatan media informasi yang memudahkan orang dengan budaya masing-masing menjalin komunikasi timbal balik di seluruh penjuru dunia sehingga mempengaruhi pola hidup secara luas dan jauh.
Berbagai problem dan krisis yang dialami umat islam yang sekarang ini terjadi di melenium ketiga merupakan krisis komplek dan multidimensional. Krisis ekonomi, kerusakan lingkungan, kekerasan, dehumanisasi, kriminlaitas dan moral mejadi isu internasional khususnya untuk umat islam. Termasuk krisi yang dialami generasi pemuda yang kehilangan jati diri dan makna hidupnya.
Globalisasi sejalan paralel dengan proses industrialisasi dan modernisasi di berbagai negara. Teknologi informasi dan sistem perdagangan dunia adalah di antara faktor-faktor yang memberikan kontribusi bagi percepatan globalisasi di berbagai tempat. Dari proses tersebut menghasilkan paradigma yang tidak selaras dengan paradigma islam, sebab menempatkan globalisasi pada wilayah pengguasaan atau mereduksi budaya yang cenderung bebas dan kapitalistik.
Dampak yang paling mencolok terhadap arus perubahan budaya yaitu hadirnya teknologi. Siara-siaran telivisi yang menyuguhkan acara-acara untuk kaula muda yang lebih cenderung pada pembelajaran cinta yang keblabasan. Media telah menyebarkan imej negatif kepada generasi muda semisal; pacaran, hari gini belum punya pacar ngak zamanyalah dan paling parahnya kisah cinta disuguhkan untuk permirsa atau penonton yang belum cukup umur. Memang di akui globalisasi merupakan siistem pasar sehingga tidak peduli pada etika dan nilai yang berkembang dimasyarakat, yang dicari hanya keuntugan.
“hari gini belum punya pacar, ngak zamanya gitu”, tak heran ungkapan seperti itu semakin populer dan mengakibatakn proses keberlanjutan yaitu para remaja atau pemuda terjebak pada keinginan untuk memiliki pacar. Bahkan ironisnya banyak pemuda terjebak pada pergaulan bebas dan paling parahnya mereka samapi rala melakukan apapun untuk mendapatkan kekasih pujaan hati.
“tak kenal maka tak sayang”, ungkapan yang sudah berkembang di masyarakat, imej kata menjadi booming dikalangan kaum muda. Kemudian mereka terperangkap pada hubungan yang tidak semestinya, yang kemudian di istilahkan dengan pacaran. Yaitu hubungan yang tidak hanya sekedar saling untuk mengenal akan tetapi sampai kepada hubungan saling mencintai dengan rasa kasih dan sayang antara laki-laki dan perempuan.
Pacaran merupakan akar kata dari “pacar” dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Dalam bahasa arab istilah pacaran dikenal dengan tahabub yang memiliki arti bercinta, kasih sayang yaitu pola hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya.
Semuanya mengambarkan rasa saling mencintai, bahkan dalam mahligai perkawinan landasan yang dipakai yaitu pacaran. Di dalam pacaran terdapat hal untuk membangkitkan rasa cinta, disitulah yang letak kesalahan mengapa kata “pacaran”menjadi sesuatu yang negatif.
Ini dapat di teropong mengapa imej pacaran menjadi suatu hal yang negatif sebab terdapat nilai-nilai yang tidak sesuai dengan syariat islam. Para pelaku pacaran berawal melalui perkenalan. Di dalam islam sendiri tidak melarang seseorang untuk mengenal dengan yang lainnya, termasuk lawan jenis yang bukan mahramnya. Bahkan islam menganjurkan umatnya untuk saling kenal mengenal demi rasa persatuan atau berjamaan. Karena kekuatan islam terletak pada rasa al ikhwan atau persaudaraan. Seperti firman Allah dalam surat Al Hujuraat ayat 13 :
Globalisasi membuat dunia menjadi transparan akibat perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi serta adanya sistem informasi satelit.Istilah globalisasi pertama kali dipopulerkan oleh Theodore Lavitte pada tahun 1985 ini telah menjadi slogan magis di dalam setiap topik pembahasan. Substansi dari globalisasi yaitu ideologi yang menggambarkan proses interaksi yang sangat luas dalam berbagai bidang: ekonomi, politik, sosial, teknologi dan budaya.
Globalisasi juga merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses multilapis dan multidimensi dalam realitas kehidupan yang sebagian besar dikonstruksi oleh Barat, khususnya oleh kapitalisme dengan nilai-nilai dan pelaksanaannya. Melalui arus globalisasi karakteristik hubungan antara penduduk bumi ni mengalami perubahan drastis yang melampaui batas-batas konvensional, seperti bangsa dan negara. Keadaan demikian ini menunjukkan bahwa relasi antara kekuatan bangsa-bangsa di dunia akan mewarnai berbagai hal, yaitu sosial, hukum, ekonomi, dan agama.
Globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menimbulkan adanya sistem satelit informasi dunia, konsumsi global, gaya hidup kosmopolitan, mundurnya kedaulatan suatu negara kesatuan dan tumbuhnya kesadaran global bahwa dunia adalah sebuah lingkungan yang terbentuk secara berkesinambungan, dan muncul kebudayaan global yang membawa pengaruh terhadap perkembangan sosial dan budaya yang beraneka ragam.
Menurut John Naisbitt, kebudayaan negara-negara yang berbahasa Inggris akan mendominasi gaya hidup global. Ketika gaya hidup global ini memunculkan perubahan nilai dan mempengaruhi masyarakat lain, maka akan terjadi pergeseran nilai dalam masyarakat penerima pengaruh. Kecenderungan tersebut dapat dilihat dalam produk-produk global yang dikemas dan diterangkan memakai bahasa Inggris.
Konsekuensi yang tidak bisa dielakkan adalah munculnya kemungkinan konflik nilai-nilai sosial dan budaya. Dochak Latief bahkan mengatakan bahwa planet bumi sebagai perkampungan global, hanya sebagian kecil saja penghuninya yang mampu memelihara nilai, tradisi, kebudayaan, kelembagaan, ritual dan simbol-simbol mereka, sedang yang lain terhanyut dalam arus global.
Generasi pemuda dibawah bendera globalisasi
Globalisasi juga merambah masyarkaat muslim yang indentik dengan nilai-nilai ketahuidan. Perubahan dunia yang begitu cepatnya semakin merambah tradisi dan nilai yang diemban oleh masyarakt muslim. Segala hal menjadi barang yang mudah dikemas untuk perdagangkan yang pada akhirnya menyebabkan masyarakat muslim menjadi konsumen.
Salah satu dampak dari arus perubahan zaman yang melanda masyarakat muslim adalah merebaknya buku, majalah, siaran radio, televisi dan internet yang banyak mengemas kisah remaja dengan kisah romatismenya. Kisah remaja dengan model keremajaan yang mengarahkan pemuda dan pemudi merasa menikmati kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan cinta.
Kisah-kisah cinta remaja yang telah dikemas sedemikian rupa, tak pelak akan mempengaruhi remaja muslim yang beranjak dewasa. Kisah remaja yang sekarang ini telah di kemas dalam keadaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai islam. Semisalnya kisah cinta yang dibumbui dengan cerita asmara dengan melakukan adegan-adegan yang dilarang syari’at contohnya berpegant tangan dengan mesranya, berpelukan, berciuman dan bahkan samapi melakukan hubungan intim.
Jika samapai demikian tentu saja diprediksikan generas-generasi islam yang menjadi harapan masa depan akan mengalami kemunduran dan kemrosotan akhlak. Generasi islam akan kehilangan jati dirinya, hidup dalam kehinaan dan kemunduran kesejahteraan. Jika kita menyaksikan generasi islam, maka terlihat sekali bahwa sebagaian mereka berada pada keadaan yang sangt memprihatinkan, mereka bagaikan kapal tanpa nahkoda yang terbawa riak gelombang, suka berfoya-foya atau hura-hura di masa remajanya dan mereka tidak memiliki nilai-nilai yang menjadi pegangan.
Banyak generasi pemuda islam terpengaruh budaya barat tanpa menyaringnya dulu sikap individual dan kebebasan telah menjadi cirinya. Kebanyakan mereka telah terjebak pada kehidupan yang hanya sekedar berfoya-foya, membuang-buang waktu dengan tanpa manfaat, dan berskipa hura-hura tanpa tahu kehidupan di keesokan harinya
Sesungguhnya islam menaruh harapan yang besar kepada pemuda untuk menjadi pelopor dan penerus serta pengerak dakwah islam. Pemuda merupakan kelompok masyarakat yang memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya, diantaranya mereka masih bersih dari pencemaran akidah dan pemikiran sesat, memiliki semangat yang kuat dan kemampuan mobilitas yang tinggi. Seharusnya itulah seorang pemuda yang menjadi harapan islam, pemuda yang mampu melakukan kativitas perubahan untuk memperbaiki sisitem dan merubah tatanan yang tidak sesuai dengan ajaran islam.
Globalisasi dan pasar bebas menjadi tema yang menarik dibicarakan dalam masyarakat. Disadari atau tidak, globalisasi yang merupakan bentuk baru dari perkembangan kapitalis akan menimbulkan penindasan (oppression) dan penghisapan (computation), tetapi secara manusiawi (humanly) seringkali menyenangkan orang. Globalisasi menjadi kekuatan yang akan terus meningkat sehingga menyentuh hampir ke setiap aspek kehidupan sehari-hari. Hanya sebagian kecil saja umat manusia yang mampu memelihara nilai-nilai, tradisi, kebudayaan, kelembagaan, ritual dan simbol-simbol mereka, sedangkan yang lain terhanyut dalam arus global. Hal ini disebabkan karena kekuatan media informasi yang memudahkan orang dengan budaya masing-masing menjalin komunikasi timbal balik di seluruh penjuru dunia sehingga mempengaruhi pola hidup secara luas dan jauh.
Berbagai problem dan krisis yang dialami umat islam yang sekarang ini terjadi di melenium ketiga merupakan krisis komplek dan multidimensional. Krisis ekonomi, kerusakan lingkungan, kekerasan, dehumanisasi, kriminlaitas dan moral mejadi isu internasional khususnya untuk umat islam. Termasuk krisi yang dialami generasi pemuda yang kehilangan jati diri dan makna hidupnya.
Globalisasi sejalan paralel dengan proses industrialisasi dan modernisasi di berbagai negara. Teknologi informasi dan sistem perdagangan dunia adalah di antara faktor-faktor yang memberikan kontribusi bagi percepatan globalisasi di berbagai tempat. Dari proses tersebut menghasilkan paradigma yang tidak selaras dengan paradigma islam, sebab menempatkan globalisasi pada wilayah pengguasaan atau mereduksi budaya yang cenderung bebas dan kapitalistik.
Dampak yang paling mencolok terhadap arus perubahan budaya yaitu hadirnya teknologi. Siara-siaran telivisi yang menyuguhkan acara-acara untuk kaula muda yang lebih cenderung pada pembelajaran cinta yang keblabasan. Media telah menyebarkan imej negatif kepada generasi muda semisal; pacaran, hari gini belum punya pacar ngak zamanyalah dan paling parahnya kisah cinta disuguhkan untuk permirsa atau penonton yang belum cukup umur. Memang di akui globalisasi merupakan siistem pasar sehingga tidak peduli pada etika dan nilai yang berkembang dimasyarakat, yang dicari hanya keuntugan.
“hari gini belum punya pacar, ngak zamanya gitu”, tak heran ungkapan seperti itu semakin populer dan mengakibatakn proses keberlanjutan yaitu para remaja atau pemuda terjebak pada keinginan untuk memiliki pacar. Bahkan ironisnya banyak pemuda terjebak pada pergaulan bebas dan paling parahnya mereka samapi rala melakukan apapun untuk mendapatkan kekasih pujaan hati.
“tak kenal maka tak sayang”, ungkapan yang sudah berkembang di masyarakat, imej kata menjadi booming dikalangan kaum muda. Kemudian mereka terperangkap pada hubungan yang tidak semestinya, yang kemudian di istilahkan dengan pacaran. Yaitu hubungan yang tidak hanya sekedar saling untuk mengenal akan tetapi sampai kepada hubungan saling mencintai dengan rasa kasih dan sayang antara laki-laki dan perempuan.
Pacaran merupakan akar kata dari “pacar” dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Dalam bahasa arab istilah pacaran dikenal dengan tahabub yang memiliki arti bercinta, kasih sayang yaitu pola hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya.
Semuanya mengambarkan rasa saling mencintai, bahkan dalam mahligai perkawinan landasan yang dipakai yaitu pacaran. Di dalam pacaran terdapat hal untuk membangkitkan rasa cinta, disitulah yang letak kesalahan mengapa kata “pacaran”menjadi sesuatu yang negatif.
Ini dapat di teropong mengapa imej pacaran menjadi suatu hal yang negatif sebab terdapat nilai-nilai yang tidak sesuai dengan syariat islam. Para pelaku pacaran berawal melalui perkenalan. Di dalam islam sendiri tidak melarang seseorang untuk mengenal dengan yang lainnya, termasuk lawan jenis yang bukan mahramnya. Bahkan islam menganjurkan umatnya untuk saling kenal mengenal demi rasa persatuan atau berjamaan. Karena kekuatan islam terletak pada rasa al ikhwan atau persaudaraan. Seperti firman Allah dalam surat Al Hujuraat ayat 13 :
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Melalui proses perkenalan inilah seseorang kemudian berlanjut pada hubungan sahabat yaitu hubungan sebagai kelanjutan dari proses perkenalan. Melalui proses hubungan yang intens atau berlangsung lama maka akan menciptakan sebuah hubungan yang tidak ahanya saling mengenal, akan menumbuhkan sikap solidaritas yang tinggi untuk saling menghargai dan berkerja sama. Sebenarnya didalam islam rasa persaudaraaan yang terjalin dari persahabatan sangat didukung bahkan diwajibkan asalkan untuk berbuat kebajikan dan tolong menolong dalam kebaikan.
Dari proses persahabatan kemudian dapat berlanjut pada proses jatuh cinta. Islampun tidak melarang umatnya untuk jatuh cinta bahkan menganjurkan umatnya untuk saling mencintai. Sebab perasaan cinta timbul dari rasa manusiawi, manusia mencintai keindahan dan keindahan menimbulkan rasa cinta itulah hakekat kehidupan.
Kemudian pertanyaan muncul “di mana letak kesalahan mengapa pacaran menjadi kata yang begitu negatif ?”. sebenarnya letak kesalahan yaitu pola yang “berlebihan” dalam artian memaknai pacaran menjadi sesautu kebebasan (freedom). Dengan demikian laju perkembangan proses diatas berlanjut pada hubungan yang dilarang oleh syariat semisalnya; rasa manusiawi untuk mencinati kemudian timbul pada perbuatan yang senonoh atau dengan kebebasanya yaitu berdua-duan di tempat sepi, atau bahkan berlanjut kepada hubungan intim yang bukan mahramnya. Islam sendiri memberikan banyak toleransi semisal dalam pandangan mata pertama sebagai suatu hal yang memuji keindahan dalam hati.
Realita sudah menjadi bukti yang tak dapat di elakan. Kaum muda mudi yang berpacaran (sebelum nikah) yang justru banyak ”mengobral cinta”. Matanya, telinganya, kata dan tingkah polahnya, semua mengumbar cinta. Mereka ciptakan nuansa-nuansa syahdu, berasyik masyuk serasa dunia hanya milik berdua, ada canda dalam setiap perjumpaan, ada sms cinta, ada chatting cinta, padahal belum lagi menikah.
Genersi pemuda islam dalam keniscayaan globalisasi ini tentu tidak ingin memudarkan karaterisitik dan nilai serta fungsi tujuan islam rahmatal lil’alamin yang menjadi harapan masyarakat dunia. Pemuda dan pemudi islam menyandang beban untuk mempertahankan nilai-nilai islam sekaligus culture atau adab yang menjadi sumber otoritas.
Bagaimana generasi pemuda islam harus mengambil sikap antisipatif terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Setidaknya pemuda harus membekali dirinya dengan kemampuan berintekasi dengan pegananyanya yaitu al qur’an dan al hadis, kultur atau budaya yang memiliki berbagai ragam nilai. Oleh sebab itu, generasi pemuda islam harus segera berbenah diri untuk responsif terhadap tantangan zaman dan menjadi generasi yang memiliki orintasi pada nilai islam (value orinted islamic).
Globalisasi dan pemuda ashaabul ukhdud
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan generasi pemimpin di bumi dengan berpasang pasangan. Generasi pemuda merupakan seseorang yang telah dimulyakan oleh Allah, islam sangat menghargai, memuliakan, memperhatikan dan mendukung pemuda untuk selalu berjalan di samudra yang lurus.
Al-Qur’an telah menceritakan tentang kisah yang sangat mulia untuk menjadi tauladan, merekalah pemuda ashaabul kahfi sekelompok pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Kisah ashaabuk kahfi yang rela meiningalakan pola masyarakat yang tidak sesuai dengan tradisi dan nilai-nilai. Kelompok pemuda tersebut kemudian meningalkan negerinya dan mencari tempat pelindung di dalam gua dan mereka berdoa:
Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini). (Al-Khafi ayat 10)
Sehingga Allah menyelamatkan kelompok pemuda tersebut dengan menidurkan selama hampir 309 tahun. Allah berfirmaan dalam surat al-khafi ayat 11 dan 25:
Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).
Dalam kisah ashaabul kahfi yang terangkai indah di dalam al-Qur’an menceritakan, kelompok pemuda yang tegar dalam keimananya dan tidak ingin terjerumus pada masyarakat yang cenderung bersikap jahiliyah. Sehingga tradisi masyarakat di zaman ashaabul khafi yang lebih bercorak pada kejahilihan di binasahkan oleh Allah dengan diceburkan ke dalam parit berisi api yang bergejolak.
Masih banyak kisah generasi pemuda yang seharusnya menjadi contoh generasi pemuda muslim sekarang, sebab merekalah kekasih dan pilihan Allah yang selalu menjaga keimanannya hanya untuk Allah semesta alam. Era rasullullah saja yang menjadi pendampingnya dalam menyebarkan agama islam ke plosok negeri adalah para pemuda yang kemudia di kenal dengan assabiqun awwaluun (orang-orang yang pertama kali beriman).
Sudah jelas di ketahui sebagai generasi pemuda yang mengemban amanah menjadi khalifah dibumi seharusnya menyadari arus globalisasi yang banyak mencengkaram pemuda sekarang dalam ketidakberdayaan pada nilai islam. Mereka lebih memilih budaya barat yang lebih menonjolkan sikap individualisme dan prakmatisme serta bercorak sikap liberalis yang lebih memuja sikap hura-hura, foya-foya dan menikmati hidup untuk hari ini bukannya memandang keesokan hari.
Menurut Kevin Robins, globalisasi tidak akan menghanyutkan nilai-nilai tradisi dan budaya, jika ia mau meneguhkan kembali asal-usul etnis dan kebangsaan, serta membangkitkan kembali tradisi dan landasan-landasan religius. Dalam hal ini artinya nilai-nilai substansi, tradisi religius, dan nilai islam yang diperkukuh tidak akan mengalami pergeseran sebagai akibat dari pengaruh globalisasi. Langkah semacam ini merupakan fondasi yang vital, mengingat kekuatan arus globalisasi sudah menjadi keniscayaan dan berproses tanpa henti, walaupun belum menjadi produk final.
Maka para pemuda setidaknya belajar dari kisah taudalan askahbul ukhdud yang mereka selalu berjalan pada garis luru. Sebeb mereka memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan syariat yang telah di tetapkan untuk semesta.
Oleh sebab itu generasi pemuda islam dapat meneladai mereka dengan sikap-sikap berikut ini. Sebagai bekal menjadi generasi pemuda islam yang memiliki misi rahmatal lil’alamin:
generasi pemuda islam adalah mereka yang selalu membawa risalah kebenaran atau menyeru pada al haq.
Dan di antara orang-orang yang kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan. ( Al-Araaf ayat 181)
Generasi pemuda harus memiliki sikap cinta, bukan cinta sesaat yang telah diplokamirkan di dalam media-media masa maupun elektroni. Tetapi cinta yang benar-benar hakiki yaitu cinta kepada Allah dan sesunggguhnya jika generasi pemuda mempunyai sikap cinta kepada penciptanya maka Allahpun akan mencintainya.
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (Al-Maidah ayat 54)
Memiliki sikap saling melidungi satu dengan lainnya, menegakan shalat sebgai tiang agamanya dan tidak menjadi pemuda yang mengingkari adanya sang pecipta Allah.
Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa[152]. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'. (Al-Baqarah ayat 238)
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya[648]. mereka Telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. (At-Taubah ayat 67)
Pemuda yang selalu berpegang teguh pada janjinya kepada Allah. Sebab janji aalah konskwensi yang harus dilaksanakan jika janji di ingkari maka akan menjadi pemuda yang lemah dan tidak dipercaya.
(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, (Ar-R’ad ayat 20)
generasi pemuda islam adalah mereka yang tidak ragu-ragu dalam mengorbankan dirinya dan harta untuk kepentingan kejayaan islam.
generasi pemuda islam adalah mereka yang tidak ragu-ragu dalam mengorbankan dirinya dan harta untuk kepentingan kejayaan islam.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar. (Al-Hujuraat ayat 15)
Generasi pemuda islam adalah mereka yang selalu mengerjakan amar ma’rif nahi mungkar dan saling tolong-menolog dalam kebaikan.
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (An-Nahl ayat 90)
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (Al-Maidah Ayat 2)
Generasi pemuda islam yang teguh dan istiqamah melakukan kebajikan dengan beramal shaleh
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan”. (An-Nahl ayat 97)
Generasi pemuda islam hendaknya mulai dari sekarang menyadari, tanyakan pada dirimu bahwa sesungguhnya adanya penciptaan dirimu bukan untuk melakukan hal yang sia-sia. Tanyakan pada dirimu sebenarnya kehidupan ini tidak akan sama lagi dan dapatkah engkau mewujudkan cita-cita islam. Maka bermimpilah menjadi pemuda yang memiliki etos perjuangan, kemampuan dan akhlak yang sesuai dengan nilai-nilai islam. Generasi pemuda harus menjadi generasi yang mampu mempresentasikan nilai-nilai islam secara utuh bagi masyarakt di semesta ini.
0 comments: