PERTANYAAN yang
paling mendasar adalah; Mengapa mulut di letakan di bawah hidung atau mata
dan telinga?.
Pertanyaan
seperti itu hampir sama dengan, mengapa ketika batal wudhu yang di basuh itu
mukanya dan bukan lubang tempat keluarnya kentut. Sebagai orang yang berakal
kita dituntut untuk memikirkannya.
Marilah
kita mensyukuri nikmat di ciptakannya mulut untuk berbicara, saling
berkomunikasi dan tentu untuk melantunkan kalam Illahi. Coba anda rasakan
kenikmatannya, lalu berandai-andailah ketika anda tidak dapat berbicara atau
anda mengalami “Bisu”. Bagaimana rasanya?, ini adalah anugerah kecil
yang di berikan Allah kepada hambanya, selayaknya dan kita berkewajiban untuk
mengucapkan terima kasih dan bersyukur.
Mengapa
mulut di ciptakan di bawah mata dan telinga, oleh sebab melalui mata kita
melihat lalu mulut akan membicarakannya begitu juga dengan telinga ketika
mendengar kemudian mulut akan mengatakannya. Bahwa sesungguhnya kita
diperintahkan untuk menjaga kemuliaan mulut tersebut. Kelak di akhirat bukannya
mulut yang jadi saksi-saksi perbuatan kita di dunia melainkan telinga, mata,
tangan, kaki-kaki...
Mulut
didalamnya ada lidah yang tidak bertulang dapat menimbulkan bahaya yang luar
biasa seperti; melakukan fitnah, berbohong, berkata yang tidak ada manfaatnya
secara berlebihan maupun melakukan sumpah palsu.
إِنَّ
الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ تَعَالَى لاَ يُلْقِي
لَهَا بَالاً يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
“Sesungguhnya
seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci oleh Allah yang dia
tidak merenungi (akibatnya), maka dia terjatuh dalam neraka Jahannam.” (HR.
Bukhari: 6092)
Maka
saatnyalah kita ajak mulut atau lidah untuk melakukan muhasabah. Melalui
hal-hal yang sederhana seperti;
Pertama, berfikir
akan mengatakan hal yang baik, dengan mengucapkan kata yang baik berarti kita
telah bersedekah.
وَالْكَلِمَةُ
الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ
“Kata-kata yang baik adalah
sedekah.” (HR. Bukhari: 2707)
Kedua,
berkata baik atau diam.
مَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa beriman kepada Allah
dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari: 6089)
Selanjutnya marilah kita hiasi
mulut kita dengan berbagai macam aktifitas; berbicara dengan baik di
majlis-majlis ilmu, berdzikir kepada Allah, berdoa memohon ampunan Allah,
membaca, melantunkan shalawat nabi maupun membaca kalam suci Illahi.
0 comments: