SELAIN
kekayaan yang melimpah ruah. Sebagai sebuah bangsa yang tersinari
pancaran cahaya surge, juga memiliki kemegahan lokalisasi tepatnya di
Gang Dolly sebagai pusat pelacuran terbesar Se-Asia Tenggara.
Kiai Cungkringg jadi ingat kisah Perempuan Pelacur yang masuk surga.
Perempuan itu mengalami penderitaan, ia tabah menghadapinya dan
menawarkan dirinya namun tidak
seorangpun mendekatinya. Rasa haus dan laparpun menyerangnya, dilihatnya
sumur yang tersisa sedikit airnya. Ketika hendak meminumnya dilihatnya
seekor anjing yang menjulurkan lidahnya karena kehausan. Lalu perempuan
itu meregukkan air yang hanya sedikitdari sepatunya itu ke dalam mulut
anjing tersebut. Sesaat kemudian perempuan tersebut tergeletak, tidak
bernafas lagi dan ia benar-benar telah meninggal dunia ini.”
Dari Abu Hurairah Ra, Rasulullah Saw bersabda, “Telah diampuni seorang
wanita pezina yang lewat di depan anjing yang menjulurkan lidahnya pada
sebuah sumur. Dia berkata, “Anjing ini hampir mati kehausan.” Lalu
dilepasnya sepatunya lalu diikatnya dengan kerudungnya lalu diberinya
minum. Maka diampuni wanita itu karena memberi minum. (HR. Bukhari)
Kisah yang terjadi ini dimasa kenabian Isa As, dimana kekuasaan Kaisar
Romawi yang selalu membuat kerusakan dan melakukan tindak kezaliman.
Kemiskinan dan kelaparan menjadi bencana, perampokan, pembunuhan dan
tindakan tidak berperikemanusiaan merajalela.
Gang Dolly yang
berada di Kota Surabaya ini dipimpin oleh Walikota bertangan besi Tri
Risma Harini. Apakah kepemimpinannya seperti yang terjadi di era Kaisar
Romawi. Lha wes pie maneh, nak wes ditutup. Ingatlah, “Datang serik
ketaman, datan susah lamun kelangan (Jangan gampang sakit hati manakala
musibah menimpa diri, jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).
“Bagaimana dengan pelacur itu kiai.”
“Yang ditutup itu tempatnya, bukan auratnya ,” tutur Kiai Cungkring
Saatnya kita sucikan diri kita, “marang Gusti kang suci.” Ya..kita
masih punya Gusti (sesembahan) yang bermakna “bagusing ati.” Bagus itu
bersih dan suci. Saatnya kita bersihkan tempat yang kotor, namun juga
tempat (hati) diri kita yang kotor. Reresike ati; resik pangonan, resik
busono, resik tindak lan tanduk.
“Bagusing ati.”
0 comments: