Setelah hampir dua puluh emapt (24) hari di rawat di rumah sakit. Mantan raja hutan di negeri republik binatang Pak Leo yang di rawat di rumah sakit kepresidenan, karena mengidap penyakit komplikasi dari gagal ginjal, storke hingga lemah jantungnya. Dan akhirnya Pak Leo di nyatakan oleh tim kedokteran telah meningalkan republik binatang ini. Tepat pada hari minggu tanggal 27 januari 2008 mantan Raja Leo meningalkan dunia untuk menuju ke rumah yang lebih indah yaitu di sisi Tuhanya. Tiada yang lebih berarti selain menghadap ke hadirat Illahi, sebab secara umur memang sudah memenuhi syarat untuk di cabut nyawanya.
Namun di sisi lain, di tengah seruan berbagai polemik yang menimpanya juga belum terselesaikan. Dari kasus korupsi hingga kasus HAM. Mantan Raja Leo
sudah tiada, bagaimana setelah ia meningalkan dunia yang penuh kisah ini, apakah tuntutan hukumnya akan di hilangkan dari peredaran masyarakat. Ataukah ketika kita berbicara tentang hukum, berbicara tentang kepastian bukanya main-main dalam tempurung yang penuh dengan kegelapan. Namun dari pihak keluarga mengarapkan tetap menindak untuk mempersoalkan hukumnya ke meja hijau atau pengadilan. Apa boleh di kata ketika mantan raja yang telah berkuasa selama tiga puluh dua tahun itu harus wafat, sementara kasusunya masih mengambang. Pihak keluaganyapun akhirnya menutup kata lain yaitu untuk memberikan maaf kepadanya, setidaknya jangan sekali-kali menuntut kasusnya lagi. Dan berharap dari pihak keluarga Pak Leo, rakyat di seluruh negeri republik binatang untuk memafkannya.
Lain halnya dengan para wartawan. Yang pekerjaanya mencari berita tentunya menjadi berkah tersendiri. Semenjak di rawat di rumah sakit para wartawan dari berbagai berita baik koran, media elektronik ramai dengan masuknya mantan orang nomer satu tersebut. Media-media ramai membicarakannya, dari opini, hingga wacana maupun pendapat masyarakat. Mereka asyik mendiskusikan mengenai kasus Pak Leo. Padahal sudah hampir sepuluh tahun kasus tersebut tidak di ungkit-ungkit, tetapi kenapa semenjak ia masuk ruang itensif malahan ramai di bicarakan mengenai status hukumnya.
Aneh benar kisah di negeri republik bintang ini. Wong namanya saja sebuah kisah jadi kalua tidak ada yang di bicarakan tentunya tidak akan mengenakan ati. Banyak orang sudah memprediksi hingga para normal, artis sampai para akademisi membahasnya. Bagaimana nanti nasip Pak Leo...?. Wartawan bahkan sampai rela untuk memesan kamar di Surakarti guna menunggu ajal tiba, paranormal sibuk meramalkan baik secara metafisik hingga rasional, para pengosip sibuk mencari wacana tentang kematian yang akan menimpanya. Para prajurit TNI, ABRI hingga kepolisian sudah berhari-hari menyiapkan jangan-jangan Pak Leo mati besok.
Dan kenyataanya pun terjadi mantan orang nomor satu Pak Leo, pada akhirnya meninggalkan dunia yang hina ini.
Semua merasa senang bagi lawan politiknya, semua merasa sedih karena di tinggal bapak pembangunan yang banyak mendapat penghargaan internasional.
Di tengah-tengah masyarakat di warung kopi Mak Cik, tersiar berita bahwa Pak Leo telah wafat. Warung Mak Cik pun ramai di penuhi orang yang asyik menikmati kopi dan kebal-kebul wuss wuss, dari tukang becak sampai pengamen jalanan!
"Waduh bapak pemabagunan telah tiada". Suara kecil itu terdengar memecah suasana keseriusan.
"Ya...sudah pantas, wong sudah tua umurnya". Menimpal canda dari kesunyian
"namanya aja orang sakit kalau nggak sembuh ya pasti mati, namun akhirnya mati juga". Merasa kasihan kepada Pak Leo
"Tapi enak walaupun sakit, dokter yang menaganinya banyak, coba kalau kita sakit dokter satu aja untung-untungan, malah di suruh memeriksa seluruh penghuni rumah sakit".
"Mati aja yang ngurusin banyak, yang berbela sungkawa juga orang-orang top, namanya aja orang nomor satu".
"Wis-wis", Mak Cik melerai mereka, natar malah rame dan kalian lupa menghitung makanan yang kalian masukan kemulut gara-gara asyik ngobrol dan melihat berita.
"Ngak gitu tho Mak Cik, coba lihat seruan berita kita seluruh rakyat di wajibkan mengibarkan bendera selama satu minggu untuk menghormati Pak Leo itu. Padahal kasus korupsinya aja belum terselesaikan kok malah di suruh kibar bendera setengah tiang". Gimanana sih raja republik ini sekarang
"Malahan juga raja kita akan menjadi komando dalam upacara pemakamannya. Di adakan dengan gaya militer, namanya aja orang yang memiliki pangkat jederal lima tersebut". Hebat benar
Sebenarnya jika mendengar pembicaraan mereka ada dua kesimpulan yang dapat di ambil. Secara nyata ada yang merasa iba atas kematiannya karena telah berjasa dalam memakmurkan negeri ini. Namun ada juga yang merasa kurang puas karena status hukum beliau belum juga terselesaikan.
Inilah negeri republik binatang, jika kita sudah besar tentunya kebesaran pula yang akan menjunjung tinggi namnaya. Tapi jika kita kecil malah kekecilan itu yang kan membuat kita terinjak-injak. Makanya kalau jadi orang sekalian menjadi orang yang besar jangan orang kecil yang mau di tindas.
27/01/08
0 comments: